CONTOH GAMBAR DESAIN

CONTOH GAMBAR DESAIN
keterangan lebih lanjut ke: WA 085-106-4000-60

Jumat, 26 September 2014

JASA HITUNG STRUKTUR BANGUNAN

JASA HITUNG STRUKTUR BANGUNAN

 Kami Konsultan Jasa Engineering menawarkan salah satu layanan kami yaitu Jasa Hitung Struktur Bangunan untuk rumah dan gedung dengan harga terjangkau, proses kerja cepat, dan berkualitas dengan sistem komputerisasi menggunakan Program STAAD PRO, dengan tenaga ahli yang berpengalaman di bidangnya. Untuk fee jasa kami ini, kami menawarkan harga Rp. 10.000/m2 luas bangunan untuk Jasa Hitung Struktur Bangunan ini, dengan produk-produk gambar sebagai berikut :

  • Gambar Denah Konstruksi
  • Gambar Denah Pondasi
  • Gambar Denah Sloof
  • Gambar Denah Kolom
  • Gambar Denah Balok
  • Gambar Denah Slab Lantai
  • Gambar Detail Penulangan Pondasi
  • Gambar Detail Penulangan Sloof
  • Gambar Detail Penulangan Kolom
  • Gambar Detail Penulangan Balok
  • Gambar Detail Penulangan Slab Lantai

 Kami juga siap membantu para konsultan dan kontraktor yang membutuhkan layanan Jasa Hitung Struktur Bangunan kami. Sebagai bahan pertimbangan dan referensi anda, kami sertakan dibawah ini hasil kerja Jasa Hitung Struktur Bangunan yang sudah selesai kami kerjakan, yaitu :

1.    Gedung Sekolah "Alfa Omega" Jl. Darmo Permai Utara No.32 Surabaya.
2.    Rumah Tinggal Araya Bumi Megah Surabaya.
3.    Lounge Bandara Ngurah-Rai Denpasar, Bali.
4.    Ruko Malang Square Jl. Raya Panji Suroso Malang.
5.    Proyek Perumahan P.T. Sinar Griyo Mapan. Central Park A. Yani Surabaya.
       a.    Blok C  Kav 11-18
       b.    Blok C  Kav 10
       c.    Blok C  Kav 19
       d.    Blok D Kav. 1
       e.    Blok D Kav. 28
       f.    Blok D Kav. 2-10
      g.    Blok D Kav. 11
      h.    Blok D Kav. 12
       i.    Blok D Kav. 15-27
       j.    Blok E Kav. 1
      k.    Blok E Kav. 16
      l.    Blok E Kav. 2-15
6.    Rumah Tinggal Central Park Mulyosari Blok EB-9 Surabaya.
7.    Shop Houses Ruteng , Flores-Nusa Tenggara Timur.
8.    Proyek Perumahan P.T. Karya Yundarzah. Semolowaru Surabaya.
      a.    New Aruba Kav. 1-9
      b.    New Aruba Kav. 10-16
      c.    New Aruba Kav. 17-20
      d.    New Aruba Kav. 10-16
      e.    New Aruba Kav. 21-25
      f.    New Aruba Kav. 26-28
     g.    New Aruba Kav. 29-31
     h.    New Aruba Kav. 32-35
     i.    New Aruba Kav. 36-39
     j.    New Aruba Kav. 50-53
    k.    New Aruba Kav. 55-67
     l.    Main Gate
9.    Show Room “Champion Motor” Jl. Kertajaya No. 121 Surabaya.
10.    Cibogo Town Square Jl. Raya Cibogo, Malang.
11.    Rumah Tinggal Citra Raya International Village B7-10 Surabaya.
12.    Rumah Tinggal Bukit Telaga Golf TC3 No. 18 & 18a Citraraya, Surabaya.
13.    Rumah Tinggal Villa Sentra Raya A5-7 Citraraya, Surabaya.
14.    Rumah Tinggal Palm Hill K8 No. 26 Citraraya, Surabaya.
15.    Rumah Tinggal VSR A5-1 Citraraya, Surabaya.
16.    Rumah Tinggal Taman Puspa Raya A2-18a Citraraya, Surabaya.
17.    Rumah Tinggal Bukit Golf C4-15 Citraraya, Surabaya.
18.    Rumah Tinggal VSR A6-1 Citraraya, Surabaya.
19.    Rumah Tinggal Villa Valencia CA2-2 Citraraya, Surabaya.
20.    Rumah Tinggal Taman Puspa Raya C6-6 Citraraya, Surabaya.
 21.    Rumah Tinggal Villa Sentra Raya A4-1 Citraraya, Surabaya
22.    Rumah Tinggal Bukit Golf F1-32 Citraraya, Surabaya.
23.    Rumah Tinggal Darmo Sari, Surabaya.
24.    Rumah Tinggal Dharmahusada Mas, Surabaya.
25.    Rumah Tinggal Dharmahusada Regency Blok K-132, Surabaya.
26.    Rumah Tinggal Dian Istana Blok A No.53, Surabaya.
27.    Rumah Tinggal Darmo Permai Sel. X-89, Surabaya.
28.    Rumah Tinggal Darmo Permai Sel. XV-12, Surabaya.
29.    Restaurant Embong Gayam Jl. Embong Gayam No.4, Surabaya.
30.    Rumah Tinggal Jl. Rungkut Asri Barat VII/19, Surabaya.
31.    Rumah Tinggal Jl. Ketabang Kali 23-25, Surabaya.
32.    Rumah Tinggal Griyo Mapan Santoso Jl. Tropodo Blok EA II No.11, Surabaya.
33.    Rumah Tinggal Villa Bukit Regency PD 1 No. 38, Surabaya.
34.    Proyek Pabrik PT. Portuna Plaspac Industri Desa Lemahbang Kec. Sukorejo, Kab. Pasuruan.
35.    Sekolah SMU PPPK-PETRA Graha Famili Estat, Surabaya.
36.    Rumah Tinggal Jl. Baruk Utara, Surabaya.
37.    Rumah Sarang Burung Sedayu, Gresik.
38.    Rumah Tinggal Central Park Mulyosari Blok BB-6 Surabaya.
39.    Rumah Tinggal Taman Dayu Kav. RL-2/67 Pandaan-Jawa Timur.
40.    Rumah Tinggal Jl. Thamrin 16-18, Surabaya.
41.    Rumah Toko Ende-Flores, Nusa Tenggara Timur.
42.    Gedung Gereja "El Shadday" Jl. Gading Pantai, Surabaya.
43.    Rumah Tinggal Galaxy Bumi Permai Blok F7-3a, Surabaya.
44.    Gedung Galeri Kota Araya Malang.
45.    Rumah Kantor PT. Semeru Teknik Jl. Darmo Harapan ED-18, Surabaya.
46.    Rumah Tinggal Graha Famili PP-41, Surabaya.
47.    Rumah Tinggal Graha Famili H-56, Surabaya.
48.    Rumah Tinggal Graha Famili E-6, Surabaya.
49.    Hotel Kristal II Jl. Eltari II Nusa Tenggara Timur.
50.    Rektorat & Auditorium Institut Theologia Aletheia Jl. Argopuro 28-34 Lawang, Jawa Timur.
51.    Rumah Makan 369 Jakarta – Indonesia.
52.    Gudang Adiguna Ekasentra Gedangan Sidoarjo.
53.    Rumah Toko Jl. Jagalan, Surabaya.
54.    Rumah Tinggal Jl. Way Seputih 2 Tomang Barat, Jakarta Barat.
55.    Rumah Tinggal Jl. Kebon Nanas II / 2 Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
56.    Rumah Tinggal Villa Kalijudan J-37, Surabaya.
57.    Rumah Tinggal Jl. Mt. Hariyono  No.384, Balikpapan Kalimantan Timur.
58.    Gedung Kantor "BPR Krian Cab. Krembung" Lokasi : Krembung, Porong-Jawa Timur.
59.    Rumah Tinggal Jl. Kertajaya Indah Timur V Kav. 115 A, Surabaya.                        dan masih banyak proyek-proyek lain yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.



Demikianlah referensi kerja dari team Jasa Hitung Struktur Bangunan kami, sebagai dasar perhitungan struktur bangunan kami adalah mengikuti peraturan SNI yang berlaku. Jika anda berminat dengan Jasa Perhitungan Struktur Bangunan kami, silahkan anda menghubungi kami, kami siap melayani anda online 24 jam bagi anda yang butuh cepat.


Ketentuan Pembayaran :
kami akan mengerjakan project anda setelah pembayaran uang muka 50% dari total harga, dan sisanya 50% setelah pekerjaan kami selesai dan siap kami kirim kepada anda.

Senin, 03 Februari 2014

PERHITUNGAN STRUKTUR
Struktur adalah sebuah sistem, artinya gabungan atau rangkaian dari berbagai macam elemen-elemen yang dirakit sedemikian rupa hingga menjadi satu kesatuan yang utuh.
Analisis struktur bangunan Gedung dilakukan dengan program komputer berbasis elemen hingga ( finite element ) untuk berbagai kombinasi pembebanan yang meliputi beban mati, beban hidup, beban angin, dan beban gempa dengan pemodelan struktur 3-D ( space-frame) menggunakan Software STAAD PRO .
Analisis terhadap beban gempa digunakan cara statik ekivalen maupun dinamik response spectrum analysis dan time history analysis.
Struktur bangunan dirancang mampu menahan gempa rencana sesuai peraturan yang berlaku yaitu SNI 03-1726-2002 tentang Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung. Dalam peraturan ini gempa rencana ditetapkan mempunyai periode ulang 500 tahun, sehingga probabilitas terjadinya terbatas pada 10 % selama umur gedung 50 tahun. Berdasarkan pembagian Wilayah Gempa, lokasi bangunan di bedakan menjadi 6 wilayah zona gempa.
Konsep perancangan konstruksi didasarkan pada analisis kekuatan batas (ultimate-strength) yang mempunyai daktilitas cukup untuk menyerap energi gempa sesuai peraturan yang berlaku.

JENIS BEBAN PADA KONSTRUKSI BANGUNAN
1. Beban mati (Dead load)
Beban mati yang merupakan berat sendiri konstruksi (specific gravity) menurut Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F), adalah seperti table berikut :

No   Konstruksi                   Berat      Satuan
1      Baja                             7850      kg/m3
2      Beton bertulang            2400      kg/m3
3      Beton                           2200      kg/m3
4      Dinding pas bata ½ bt     250      kg/m2
5      Dinding pas bata 1 bt      450      kg/m2
6      Curtain wall+rangka         60       kg/m2
7      Cladding + rangka            20       kg/m2
8      Pasangan batu kali        2200       kg/m3
9      Finishing lantai (tegel)    2200       kg/m3
10    Plafon+penggantung          20       kg/m2
11    Mortar                          2200       kg/m3
12    Tanah, Pasir                  1700       kg/m3
13    Air                                1000       kg/m3
14    Kayu                              900       kg/m3
15    Aspal                            1400       kg/m3
16   I nstalasi plumbing              50       kg/m2

2. Beban hidup (Live load)
Beban hidup yang bekerja pada lantai bangunan Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F), adalah seperti tabel berikut :

No   Lantai bangunan          Beban hidup   Satuan
1      Hall,coridor,balcony      300              kg/m2
2      Tangga dan bordes       400               kg/m2
3      Lantai bangunan           250               kg/m2
4      Lantai atap bangunan   100               kg/m2

3. Beban gempa (Earthquake)
Beban gempa dihitung berdasarkan Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002) dengan 2 metode yaitu cara statik dan dinamik. Dari hasil analisis kedua cara tersebut diambil kondisi yang memberikan nilai gaya atau momen terbesar sebagai dasar perencanaan.

a. Metode Statik Ekivalent
Gaya geser dasar nominal pada struktur akibat gempa dihitung dengan rumus sebagai berikut :
V = C . I / R .Wt
Dengan, C= nilai faktor response gempa, yang ditentukan berdasarkan wilayah gempa ( gambar 1 ), kondisi tanah dan waktu getar alami.

b. Metode Dinamik Response Spectrum
1) Besar beban gempa ditentukan oleh percepatan gempa rencana dan massa total struktur. Massa total struktur terdiri dari berat sendiri struktur dan beban hidup yang dikalikan dengan faktor reduksi 0,5.
2) Percepatan gempa diambil dari data zone 5 Peta Wilayah Gempa Indonesia menurut Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002) dengan memakai spektrum respons yang nilai ordinatnya dikalikan dengan koreksi I/R = 1/6,4 seperti tabel di bawah. Percepatan grafitasi diambil, g = 981 cm/det2.

Tabel 1. Nilai spectrum terkoreksi

Waktu getar (detik)   Nilai spectrum   Nilai spectrum terkoreksi
            0.0                       0.32                        0.05
            0.2                       0.83                        0.13
            0.6                       0.83                        0.13
            1.0                       0.50                        0.08
            1.5                       0.30                        0.05
            2.0                       0.25                        0.04
            2.5                       0.20                        0.03
            3.0                       0.17                        0.02

3) Analisis dinamik dilakukan dengan metode superposisi spectrum response. dengan mengambil response maksimum dari 4 arah gempa, yaitu 0, 45, 90, dan 135 derajat.
4) Digunakan number eigen NE = 3 dengan mass partisipation factor ³ 90 % dengan kombinasi dinamis (CQC methode)
3) Karena hasil dari analisis spectrum response selalu bersifat positif (hasil akar), maka perlu faktor +1 dan –1 untuk mengkombinasikan dengan response statik.

c. Metode Time History Analysis 
Analisis dinamik linier riwayat waktu (time history) sangat cocok digunakan untuk analisis struktur yang tidak beraturan terhadap pengaruh gempa rencana. Mengingat gerakan tanah akibat gempa di suatu lokasi sulit diperkirakan dengan tepat, maka sebagai input gempa dapat didekati dengan gerakan tanah yang disimulasikan. Dalam analisis ini digunakan hasil rekaman akselerogram gempa sebagai input data percepatan gerakan tanah akibat gempa. Rekaman gerakan tanah akibat gempa diambil dari akselerogram gempa El-Centro N-S yang direkam pada tanggal 15 Mei 1940. Dalam analisis ini redaman struktur yang harus diperhitungkan dapat dianggap 5% dari redaman kritisnya. Faktor skala yang digunakan = g x I/R dengan g = percepatan grafitasi (g = 981 cm/det2).

4. Beban Angin
Beban angin minimum pada bangunan yang terletak cukup jauh dari tepi laut dihitung berdasarkan kecepatan angin 20 m/detik pada ketinggian 10 m di atas permukaan tanah dengan rumus : P = V2/16
P = tekanan tiup angin (kg/m2)
V = kecepatan angin (m/det)

Tabel 2. Beban angin dasar

Ketinggian dari muka tanah      Beban angin dasar (kg/m2)
           0 m – 10 m                                  25
      10,1 m – 20 m                                  35
     20,1 m – 30 m                                   43
     30,1 m – 50 m                                   56
     50,1 m – 70 m                                   66
     70,1 m – 100 m                                 79

Beban angin tersebut harus dikalikan dengan koefisien tekanan angin sesuai ketentuan Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F).

BAHAN STRUKTUR
1. Beton
Untuk struktur kolom, sloof, balok lantai dan plat lantai digunakan beton dengan kuat tekan beton yang disyaratkan, fc’ = 25 MPa (setara dengan beton K-300). Modulus elastis beton, Ec = 4700.Öfc’ = 2,35.104 MPa = 2,35.107 kN/m2. Angka poison, u = 0,20. Modulus geser, G = Ec/ [ 2.( 1 + u ) ] = 0,98.107 kN/m2.

2. Baja Tulangan
Untuk baja tulangan dengan Æ > 12 mm digunakan baja tulangan ulir BJTD 40 dengan tegangan leleh baja, fy = 400 MPa. Untuk baja tulangan dengan Æ £ 12 mm digunakan baja tulangan polos BJTP 24 dengan tegangan leleh baja, fy = 240 MPa. Modulus elastis baja, Es = 2,1.105 MPa.

3. Baja Profil
Mutu baja profil yang digunakan untuk struktur baja harus memenuhi persyaratan setara dengan BJ-37.


KOMBINASI PEMBEBANAN
Semua komponen struktur dirancang memiliki kekuatan minimal sebesar kekuatan yang dihitung berdasarkan kombinasi beban sbb. :
1) Kombinasi 1,4.D
2) Kombinasi 1,2.D + 1,6.L
3) Kombinasi 1,2.D + Lr ± E
4) Kombinasi 0,9.D + E
5) Kombinasi 0,9.D + 1,2.L + 1,2.W
6) Kombinasi 0,9.D + 1,3.W
Dengan :
D = beban mati (Dead load)
L = beban hidup (Live load)
Lr = beban hidup yang direduksi.
E = beban gempa (Earthquake)
W = beban angin (Wind)


ANALIS PERHITUNGAN STRUKTUR DENGAN STAAD PRO

Demikian sedikit banyak pengetahuan dari perhitungan struktur konstruksi bangunan sehingga untuk mendirikan sebuah bangunan diharuskan menggunakan perhitungan struktur agar bisa diharapkan bangunan tersebut aman terhadap gaya2 atau beban2 yang timbul yang bekerja pada bangunan tersebut.

Dan kami juga mengerjakan perhitungan struktur untuk segala macam konstruksi bangunan.

——————————————————————————————————————
Harga Jasa Perhitungan Struktur

Penawaran Harga Jasa Perhitungan Struktur Konstruksi Bangunan Lengkap  Rp 15.000,00 per m2. ( luas bangunan )
Penjelasan perhitunganya Jasa Perhitungan Struktur adalah sbb:
Misalkan Luas tanah anda ( 7 m X 10 m) = 70 m2 x Rp 15.000 = Rp1.050.000
Misalkan bangunan terdiri dari 2 lantai maka  Rp 1.050.000 X 2 = Rp 2.100.000

——————————————————————————————————————
Untuk menghubungi kami, Anda dapat call ke :

Contact Person :
Bpk. Fajar
Call/sms : 0821-329-11-303
Email      : xxdesain@gmail.com
                
http://tecnicaldrawingstructuredesign.blogspot.com/2012/07/perhitungan-struktur.html
PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA ( RAB )

Yang dimaksud dengan rencana Anggaran biaya suatu bangunana adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, setta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan Bangunan atau proyek tersebut.

Anggaran Biaya merupakan harga dari bangunan yang dihitung dengan teliti da cermat dan memnuhi syatrat. Anggaran biaya pada bangunan yang sama akan berbeda-beda dimasing-masing daerah, disebabkan adanya perbedaan harga dan Upah tenaga Kerja.


Ada 2 macam jenis RAB adalah :

1.RAB Kasar : sebagai pedoman dalam menyusun anggaran biaya kasar digunakan harga satan tiap meter persegi luas lantai / bangunan.

2.RAB Halus : Anggaran biaya bangunan atau proyek yang dihitung dengan teliti dan cermat, sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat penyusunan anggaran biaya. Perhitungan ini berdasarkan dan didukung oleh :
a. Bestek / Rencana Kerja & Syarat ( RKS ) : berfungsi untuk menentukan spesifikasi bahan dan syarat-syarat teknis bangunan.
b. Gambar Bestek/ Gambar Kerja : berfungsi untuk menentukan besarnya masing-masing volume pekerjaan
c. Harga satuan Pekerjaan : didapat dari harga satuan bahan dan harga upah berdasarkan perhitungan analisa BOW.

Membangun sebuah rumah untuk dihuni sendiri atau berbagai investasi dimasa depan maupun property komsumsi public membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu diperlukan perhitungan-perhitungan yang teliti, baik jumlah biaya pembuatannya, volume pekerjaan, dan jenis pekerjaan, harga bahan, upah pekerjam maupun pemeriksaan terakhir pekerjaan (chek list). Semua ini bertujuan untuk menekan biaya pembuatan rumah/bangunana lainya sehingga lebih efesien dan terukur sesuai dengan keinginan pemilik dalam membangun rumah, baik rumah sederhana,rumah sedang maupun rumah mewah/bangunan lainya.



Contoh Uraian Pekerjaan untuk Perhitungan RAB rumah tinggal
Tujuan dari mengurai pekerjaan adalah untuk memudahkan dalam perhitungan volume. Jika pekerjaan-pekerjaan sudah diuraikan maka perhitungan volume akan lebih mudah dikerjakan dengan mengacu pada gambar bestek……adapun contoh dari menguraikan pekerjaan adalah sebagai berikut :……….


Pekerjaan Persiapan, galian dan Urugan
Pekerjaan perbersihan lokasi
Pekerjaan pengukuran dan pemasanga bouwplank
Pekerjaan galian tanah
Urugan tanah kembali
urugan pasir dibawah pondasi

Pekerjaan Pondasi dan Beton
Pekerjaan pasangan pondasi batukali
Pekerjaan sloof beton
Pekerjaan kolom beton
Pekerjaan ringalk

Pekerjaan Pasangan dan Plesteran
Pasangan dinding ½ bata trasram
Pasangan dinding ½ bata non-trasram
Plesteran trasram
Plesteran non trasram

Pekerjaan Lantai
Urugan pasir dibawah lantai
Pasangan lantai keramik 30 x 30
Pasangan lantai 20 x 20

Pekerjaan Atap

Kuda-kuda
rangka atap
Bubungan
Penutup atap genteng
Lisplank

Pekerjaan Plafon
Rangka Plafon
Plafon Triplek

Pekerjaan Kusen, Pintu dan Jendela
Kusen pintu dan jendela
Daun pintu
Daun jendela
Boven ligh

Pekerjaan Perlengkapan Pintu dan Jendela
Kunci pintu
Engsel pintu
Engsel Jendela
Grendel pintu
Grendel Jendela
Hak angina
Tarikan jendela

Pekerjaan Sanitair
Bak mandi fiberglass
Kloset jongkok
Kran
Septick Tank
Sumur Resapan

Pekerjaan Instalasi Air
Instalasi air bersih
Instalasi air kotor

Pekerjaan Instalasi Listrik
Instalasi titik nyala lampu
Lampu pijar
Penyambungan daya ke PLN

Pekerjaan Pengecetan
Pengecetan dinding
Pengecetan Plafon
Pengecetan Lisplank
Pengecetan daun pintu
Pengecetan daun jendela

Pekerjaan Lain -Lain
     Pembersihan lokasi akhir


Keuntungan

Keuntungan apabila terlebih dahulu kita menghitung biaya pembuatan rumah adalah sebagai berikut :

1.Mengetahui bahan bangunan apa saja yang akan digunakan untuk diadakan/dibeli (Apabila dikerjakan sendiri)
2.Volume macam-macam bahan bangunan yang dibutuhkan dalam membuat rumah/bangunan lainya dapat diketahui.
3.Jumlah biaya yang diperlukan untuk pembuatan rumah/bangunan lain tersebut dapat diperkirakan sehingga perputaran keuangan dapat diatur.
4.Pekerjaan-pekerjaan apa saja yang sudah ataupun yang beleum selesai dikerjakan (Apabila dikerjakan pihak kedua/orang lain) dapat dikontrol.
5.Pemilik dapat terbantu dalam bernegoissi tentang harga penawaran kontraktor atau pihak kedua, sehingga tidak merugikan pemilik sebagai pihak pertama.

http://tecnicaldrawingstructuredesign.blogspot.com/2012/07/perhitungan-rab.html
GAMBAR 2D
         
         Sebelum melakukan pembangunan, sebuah bangunan gedung atau konstruksi bangunan lainya akan melalui tahap perencanaan. Dan sebagai alat komunikasinya digunakanlah gambar-gambar yang memberikan ilustrasi tentang gedung/konstruksi bangunan tersebut nantinya. Selain untuk menampilkan wujud fisik bangunannya, gambar-gambar ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan struktur bangunan dan sistem utilitas di dalamnya sehingga selain bangunan tersebut terlihat indah, juga aman dan nyaman untuk ditempati.
Semakin rumit wujud dan fungsi bangunan, maka akan semakin banyak gambar yang dibutuhkan sehingga memudahkan dalam pelaksanaan konstruksi nantinya.
Selama proses perencanaan hingga selesainya pekerjaan, dikenal beberapa jenis gambar, yaitu :


1. Gambar PERENCANAAN
Adalah gambar yang dihasilkan dari pemikiran dari para perencana seperti arsitek, engineer struktur, mekanikal dan elektrikal. Gambar perencanaan merupakan imajinasi dari para perencana yang digunakan sebagai alat komunikasi dengan pemilik pekerjaan sehingga pemilik pekerjaan dapat mengetahui sejauh mana bangunan yang direncanakan tersebut memenuhi keinginan dan kebutuhannya. Karena itu gambar perencanaan akan mengalami banyak perubahan hingga pada tahap yang sudah disepakati bersama atau bahkan hingga pemilik menemukan keinginannya. Gambar perencanaan belum memiliki detil yang cukup hingga layak untuk dijadikan acuan dalam proses pembangunan.


2. Gambar TENDER
Gambar tender adalah gambar yang digunakan sebagai acuan dalam perhitungan volume pekerjaan dalam proses pemilihan kontraktor. Gambar ini sudah lebih detil dari gambar perencanaan. Ukuran-ukuran penting sudah tertera dengan jelas, gambar-gambar pelengkap sudah tersedia, acuan-acuan untuk pembangunan juga sudah diberikan. Tujuannya adalah menunjang perhitungan yang cermat sesuai dengan spesifikasi yang diminta. Gambar ini mengikat terhadap penawaran yang sudah diberikan dan menjadi acuan terhadap klaim dalam tahap selanjutnya.


3. Gambar KONSTRUKSI
Tahap selanjutnya setelah pemilihan kontraktor adalah memulai pembangunan (konstruksi). Untuk itu gambar ini diluncurkan, yang isinya adalah penyempurnaan dari gambar tender. Penyempurnaan ini terjadi karena pada masa tender adakalanya antara uraian pekerjaan, spesifikasi teknis dan gambar terdapat perbedaan. Setelah disepakati pada saat tender (terangkum dalam berita acara rapat klarifikasi) maka perubahan yang terjadi dituangkan dalam gambar konstruksi ini. Gambar ini kemudian menjadi acuan bagi kontraktor untuk melaksanakan pekerjaan dan menjadi dasar juga untuk pelaksanaan yang dilimpahkan pada pihak ketiga.


4. Gambar KERJA (Shop Drawing)
Agar hasil pembangunan nantinya tidak berbeda dari yang sudah direncanakan maka pihak kontraktor membuat gambar ini yang isinya sudah jauh lebih detil dari jenis gambar sebelumnya (gambar konstruksi). Ukuran-ukuran sudah diberikan hingga detil, memperjelas hasil yang diinginkan. Detil material yang akan digunakan sudah dicantumkan (sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan). Acuan-acuan pekerjaan juga sudah dicantumnya. Intinya gambar ini dibuat sejelas mungkin sehingga pelaksana pekerjaan (mandor, tukang) dan pengawas (pelaksana, quality control) mengerti hasil yang diinginkan dan tidak mebuat perubahan dari gambar konstruksi sudah diberikan di tahap sebelumnya. Gambar kerja ini sebelum digunakan di lapangan harus mendapatkan persetujuan dari perwakilan dari pemilik pekerjaan di lapangan (direksi pengawas) dengan acuan adalah gambar konstruksi. Jika ternyata ada perbedaan yang harus dilakukan di lapangan maka direksi pengawas harus membubuhkan penyataan perubahan dan diberi tandatangan di atas gambar yang dimaksud. Catatan-catatan dan dokumentasi lainnya akan menjadi acuan dalam pembuatan As Built Drawing nantinya.


5. Gambar JADI (As Built Drawing)
Adalah gambar final dari bangunan gedung yang sudah selesai dilaksanakan. Gambar ini dibuat oleh kontraktor sebagai pertanggungjawaban atas pekerjaan yang sudah dilakukan dan akan digunakan oleh pemilik bangunan sebagai acuan dalam melakukan perawatan nantinya. Gambar ini memuat informasi dalam gambar kerja ditambah catatan-catatan perubahan di lapangan.

         Bisa terjadi beberapa jenis gambar di atas dihilangkan dengan alasan untuk menghemat waktu dan biaya, tergantung pada perjanjian yang dilakukan antara pemilik pekerjaan dengan kontraktor, misalnya pada jenis pekerjaan design and built. Penggunaan gambar-gambar ini dimaksudkan agar hasil pelaksanaan sesuai dengan keinginan pemilik dan dengan biaya dan waktu yang sudah diperkirakan sebelumnya.
 

           Sebelum kita melakukan merencanakan membangun,seharusnya kita harus sedikit banyak mengetahui tentang gambar kerja. Kemudian baru ditentukan bahan yang apa dipakai dan macam pekerjaan serta peralatan yang digunakan.Kegunaan gambar kerja adalah pertama kali mengetahui rencana denah awal,baru kemudian detail.
Gambar kerja adalah gambar lanjutan dari uraian gambar Pra Rencana, dan gambar detail dasar dengan skala ( PU = Perbandingan ukuran ) yang lebih besar.Gambar besteks dan bestek merupakan kunci pokok ( tolak ukur ) baik dalam menentukan kualitas dan skop pekerjaan, maupun dalam menyusun Rencana Anggaran Biaya.
——————————————————————————————————————
Contoh uraian Gambar besteks/ gambar kerja untuk bangunan rumah terdiri dari :


1.Gambar situasi,PU 1 : 200 atau 1 : 500 dari :
- Rencana letak bangunan
- Rencana halaman
- Rencana jalan dan pagar
- Rencana saluran pembuangan air hujan
- Rencana garis batas tanah dan roylen


2.Gambar denah PU 1 : 100
Gambar denah melukiskan gambar tapak (tampang) setinggi ± 1,00 m dari lantai,hingga gambar pintu dan jendela terlihat dengan jelas,sedangkan gambar penerangan atas( Bovenlist ) digambar dengan garis putus- putus. Pada denah juga digambar atap dengan garis putus- putus lebih tebal dan jelas sesuai dengan bentuk atap.
Lantai rumah induk dengan duga( Pell) ditandai dengan ± 0.00. Gambar kolom (tiang) dari beton dibedakan dari pasangan tembok. Semua ukuran arah vertical dari lantai diberi tanda ( + ) dan ukuran dibawah lantai diberi tanda ( – )


3.Gambar potongan PU 1 : 100
Gambar potongan terdiri dari potongan melintang dan membujur menurut keperluan. Untuk menjelaskan letak atau kedudukan suatu kontruksi, pada gambar potongan harus tercantum duga (Peil) dari lantai, misalnya :dasar pondasi,letak tinggi jendela dan pintu,tinggi langit- langit,nok reng/ Murplat.


4.Gambar pandangan PU 1 : 100

Pada gambar pandangan tidak dicantumkan ukuran- ukuran lebar maupun tinggi gambar.Gambar pandangan lengkap dengan dekorasi yang disesuaikan dengan perencanaan.


5.Gambar Rencana Atap PU 1 : 100
Gambar rencana atap menggambarkan bentuk kontruksi rencana atap lengkap dengan kuda- kuda,nok gording, reng balok,dll


6.Gambar kontruksi PU 1 : 50
Gambar kontruksi terdiri dari :
- Rencana konstruksi beton
- Rencana konstruksi kayu
- Rencana Pondasi


7.Gambar pelengkap
Gambar pelengkap terdiri dari :
- Gambar listrik dari PLN
- Gambar Sanitair
- Gambar saluran pembuang air kotor
- Gambar saluran pembuang air hujan


Demikian sedikit banyak pengetahuan dari gambar kerja,sehingga untuk mendirikan sebuah bangunan diharuskan menggunakan gambar kerja,disamping itu akan mempermudah kita untuk mengarahkan tukang atau mandor, atau bahkan pegangan untuk Kontraktor.

http://tecnicaldrawingstructuredesign.blogspot.com/2012/07/layanan-kami.html

Senin, 27 Januari 2014

PONDASI JEMBATAN



1. PENDAHULUAN

Bangunan bawah jembatan dalam hal ini terdiri dari pondasi dan kepala jembatan. Terdapat berbagai macam pondasi yang digunakan di Indonesia. Kaison beton yang dicor ditempat, tiang pancang baja, tiang pancang beton bertulang dan pratekan, serta tiang bor, kesemuanya dipakai secara luas.
Kepala jembatan yang digunakan umumnya susunan pile cap serta pilar berkolom tunggal atau majemuk dan balok melintang ujung (cross head).

2. PONDASI JEMBATAN

Pondasi merupakan sumber masalah tersendiri bagi para pelaksana konstruksi jembatan, sehubungan dengan kondisi tanah yang jarang dapat diketahui secara tepat, walaupun sampai saat ini telah kita kenal suatu methode pendekatannya yaitu dengan adanya penyelidikan tanah (Soil Investigation) untuk memprediksi daya dukung tanah.
Cara pelaksanaan pondasi terdiri atas dua jenis utama, pertama adalah jenis yang dapat dilaksanakan tanpa memerlukan peralatan khusus. Pondasi jenis ini termasuk pondasi telapak (pondasi langsung) dan kaison beton yang dicor di tempat. Jenis kedua termasuk pondasi tiang, kaison beton pracetak atau shell baja. Pondasi tiang dapat dilaksanakan secara dipancang atau dibor dan tiangnya terbuat dari baja atau beton.

2.1. PONDASI TIANG PANCANG (PILE FOUNDATION)
Pondasi tiang pancang popular dipergunakan di Indonesia karena pelaksanaannya yang relatif mudah dan sesuai dengan kebanyakan kondisi tanah di Indonesia. Demikian juga jenis pondasi tiang pancang ini tahan terhadap penggerusan aliran sungai/aliran air mengingat pemancangan tiang mencapai titik dalam, adapun jenis-jenis tiang pancang meliputi berikut ini :
§ Tiang Kayu, termasuk Cerucuk.
§ Tiang Baja Struktur
§ Tiang Pipa Baja
§ Tiang Beton Bertulang Pracetak
§ Tiang Beton Pratekan, Pracetak
§ Tiang Bor Beton Cor Langsung Di Tempat
§ ­Tiang Turap
Perhatian perlu diberikan terhadap sambungan antar tiang/bahan, karena penyambungan yang kurang baik beresiko tinggi yang dapat menyebabkan kegagalan tiang yang seharusnya berfungsi mendukung konstruksi diatasnya.
Peralatan yang digunakan untuk pemancangan tiang baja, beton atau kayu pada dasarnya sama yaitu berbentuk dari yang paling sederhana (manual) sampai diesel hammer, tergantung dari jenis tiang yang digunakan, berat tiang dan kedalaman yang harus dicapai.

2.2. TIANG PANCANG KAYU

a. Umum

Kayu untuk tiang pancang penahan beban (bukan cerucuk) dapat diawetkan atau tidak diawetkan, dan dapat dipangkas sampai membentuk penampang yang tegak lurus terhadap panjangnya atau berupa batang pohon lurus sesuai bentuk aslinya. Selanjutnya semua kulit kayu harus dibuang.
Tiang pancang kayu harus seluruhnya keras (sound) dan bebas dari kerusakan, mata kayu, bagian yang tidak keras atau akibat serangan serangga.
Tiang pancang kayu yang menggunakan kayu lunak memerlukan pengawetan, yang harus dilaksanakan sesuai dengan AASHTO M133 - 86 dengan menggunakan instalasi peresapan bertekanan. Bilamana instalasi semacam ini tidak tersedia, maka dilakukan pengawetan dengan tangki terbuka secara panas dan dingin. Beberapa kayu keras dapat digunakan tanpa pengawetan, tetapi pada umumnya, kebutuhan untuk mengawetkan kayu keras tergantung pada jenis kayu dan beratnya kondisi pelayanan.
Sebelum pemancangan, diperlukan tindakan pencegahan kerusakan pada kepala tiang pancang yaitu dengan cara pemangkasan kepala tiang pancang sampai penampang melintang menjadi bulat dan tegak lurus terhadap panjangnya dan memasang cincin baja atau besi yang kuat. Dan setelah pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya sampai bagian kayu yang keras dan diberi bahan pengawet sebelum pur (pile cap) dipasang.

b. Kepala Tiang Pancang
Sebelum pemancangan, tindakan pencegahan kerusakan pada kepala tiang pancang harus diambil. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan pemangkasan kepala tiang pancang sampai penampang melintang menjadi bulat dan tegak lurus terhadap panjangnya dan memasang cincin baja atau besi yang kuat atau dengan metode lainnya yang lebih efektif.
Setelah pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya sampai bagian kayu yang keras dan diberi bahan pengawet sebelum pur (pile cap) dipasang.
Bilamana tiang pancang kayu lunak membentuk pondasi struktur permanen dan akan dipotong sampai di bawah permukaan tanah, maka perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahwa tiang pancang tersebut telah dipotong pada atau di bawah permukaan air tanah yang terendah yang diperkirakan.
Bilamana digunakan pur (pile cap) dari beton, kepala tiang pancang harus tertanam dalam pur dengan ke dalaman yang cukup sehingga dapat memindahkan gaya. Tebal beton di sekeliling tiang pancang paling sedikit 15 cm dan harus diberi baja tulangan untuk mencegah terjadinya keretakan.

c. Sepatu Tiang Pancang
Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang cocok untuk melindungi ujung tiang selama pemancangan, kecuali bilamana seluruh pemancangan dilakukan pada tanah yang lunak. Sepatu harus benar-benar konsentris (pusat sepatu sama dengan pusat tiang pancang) dan dipasang dengan kuat pada ujung tiang. Bidang kontak antara sepatu dan kayu harus cukup untuk menghindari tekanan yang berlebihan selama pemancangan.
                                              Gambar.1 – Sepatu tiang pancang kayu
d. Pemancangan
Pemancangan berat yang mungkin merusak kepala tiang pancang, memecah ujung dan menyebabkan retak tiang pancang harus dihindari dengan membatasi tinggi jatuh palu dan jumlah penumbukan pada tiang pancang. Umumnya, berat palu harus sama dengan beratnya tiang untuk memudahkan pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan selama pemancangan untuk memastikan bahwa kepala tiang pancang harus selalu berada sesumbu dengan palu dan tegak lurus terhadap panjang tiang pancang dan bahwa tiang pancang dalam posisi yang relatif pada tempatnya.

e. Penyambungan
Bilamana diperlukan untuk menggunakan tiang pancang yang terdiri dari dua batang atau lebih, permukaan ujung tiang pancang harus dipotong sampai tegak lurus terhadapa panjangnya untuk menjamin bidang kontak seluas seluruh penampang tiang pancang. Pada tiang pancang yang digergaji, sambungannya harus diperkuat dengan kayu atau pelat penyambung baja, atau profil baja seperti profil kanal atau profil siku yang dilas menjadi satu membentuk kotak yang dirancang untuk memberikan kekuatan yang diperlukan. Tiang pancang bulat harus diperkuat dengan pipa penyambung. Sambungan di dekat titik-titik yang mempunyai lendutan maksimum harus dihindarkan.

                                                        Gambar 2 – Sambungan tiang pancang kayu


2.3. TIANG PANCANG BETON PRACETAK & PRATEKAN PRACETAK

a. Umum
Tiang pancang beton pracetak harus dirancang, dicor dan dirawat untuk memperoleh kekuatan yang diperlukan sehingga tahan terhadap pengangkutan, penanganan, dan tekanan akibat pemancangan tanpa kerusakan. Tiang pancang segi empat harus mempunyai sudut-sudut yang ditumpulkan. Pipa pancang berongga (hollow piles) harus digunakan bilamana panjang tiang pancang yang luar biasa diperlukan, selimut beton yang digunakan minimum 40 mm dan bilamana tiang pancang terekspos terhadap air laut atau pengaruh korosi lainnya, selimut beton minimum 50 mm.

b. Pembuatan Tiang
Tiang pancang dibuat dan dirawat sesuai dengan ketentuan dari pelaksanaan struktur beton . Tiang dapat dicetak pada landasan dengan menggunakan acuan pinggir yang dapat dibongkar dari bahan kayu atau baja. Jenis landasan dan pilihan bahan untuk acuan pinggir tergantung pada jumlah tiang yang akan dicetak. Dasar pencetakan tiang harus ditempatkan pada tanah yang kokoh untuk mencegah melenturnya tiang pada waktu dan sesudah pengecoran, suatu landasan beton yang masif masih sering digunakan untuk keperluan pengecoran tersebut.
Pangkal tiang (stop end) harus dibuat benar-benar tegak lurus pada sumbu tiang untuk menjamin distribusi yang merata dari pukulan penumbuk pada waktu pemancangan. Penggetar digunakan untuk mendapatkan kepadatan yang teliti pada beton, dan beton diantara penahan baja (bearer) atas dan adukan beton harus dikerjakan menggunakan alat pemotong untuk meniadakan bercak-bercak keropos (honey comb).

                                        Gambar 3 - Susunan pencetakan untuk tiang beton

Jika tiang dicor dengan acuan samping dari kayu, acuan harus dibongkar sesegera mungkin (24 jam setelah pengecoran) dan perawatan basah dengan menggunakan penyemprotan air dan karung dipertahankan untuk jangka waktu tujuh hari. Segera setelah pengujian kekuatan tekan pada kubus beton (4 benda uji) menunjukan bahwa tiang cukup kuat untuk diangkat, tiang harus dimiringkan secara hati-hati dengan batang pengungkit dan diganjal dengan baji untuk melepaskan lekatan antara tiang dengan landasan. Tali pengangkat (lifting sling) atau baut pegangan dapat dipasang dan tiang diangkat untuk pengangkutan ke tempat penumpukkan. Pekerjaan pemiringan dan pengangkatan harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena tiang masih mempunyai kekuatan rendah, dan retakan atau awal retakan yang terjadi pada tahap ini akan memperbesar akibat tegangan pada saat pemancangan.
Pada bagian dekat kepala tiang harus di beri tanda yang jelas dengan suatu nomor referensi, dengan panjang dan tanggal pengecoran pada waktu atau sebelum pengangkutan, untuk menjamin bahwa pemancangan dilakukan dengan urutan yang benar. Tiang harus dilindungi dari matahari dengan cara menutupi tumpukan tiang menggunakan terpal atau lembaran lain. Tidak ada tiang pancang yang akan dipancang sebelum berumur paling sedikit 28 hari atau telah mencapai kekuatan minimum yang disyaratkan
Selama operasi pengangkatan, tiang pancang harus didukung pada titik seperempat panjangnya. Bilamana tiang pancang tersebut akan dibuat 1,5 m lebih panjang dari pada panjang yang disebutkan dalam Gambar, maka agar menggunakan baja tulangan dengan diameter yang lebih besar dan/atau memakai tiang pancang dengan ukuran yang lebih besar dari yang ditunjukkan dalam Gambar.


Gambar 4 – Titik Angkat Tiang Beton

Tiang pancang beton pratekan pracetak sering dipakai pada proyek-proyek konstruksi termasuk proyek pembangunan jembatan. Tiang pancang beton pratekan pracetak biasanya ditegangkan dengan pemberian tegangan tekan pada saat dilepas (induced compressive stress at release) sebesar antara 4 dan 11 Mpa (40-110 Kg/cm²).Panjang standar dari tiang tersebut adalah dari 6 meter hingga 20 meter, berdiameter 600 mm. Penyambungan (splicing) dari tiang tersebut dilakukan dengan pelat baja pada ujung bagian yang akan disambung.


                                                        Gambar. .5 – Tiang Pancang Beton
                                                   Gambar 6 – Tiang Pancang Pratekan

c. Perpanjangan Tiang Pancang
Terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk memperpanjang tiang pancang beton. Memperpanjang tiang setelah pemancangan selesai adalah cara yang paling mudah, karena sambungan tidak perlu menahan tegangan yang besar yang ditemui selama pemancangan. Panjang sambungan normal untuk penulangan dan pekerjaan beton biasa dapat digunakan.
Jika tiang akan dipancang lebih dalam setelah penyambungan, sambungan harus dapat menahan tegangan tekan dan torsi yang terdapat pada waktu pemancangan dan harus mampu meneruskan (transmit) momen di dalam tiang melewati sambungan. Meskipun sejumlah sambungan buatan pabrik telah dikembangkan namun yang paling umum untuk penyambungan tiang adalah pemakaian lengan baja di atas dan dibawah tempat sambungan. Beberapa tiang mempunyai pelat baja yang tertanam di dalam beton yang memungkinkan penyambungan mudah dilakukan dengan cara mengelas pelat pada segmen atas dan bawah dari tiang. Praktek ini tidak lazim untuk tiang yang difabrikasi di lokasi. Keuntungan dari pada lengan lengan baja atau pelat yang dilas adalah bahwa tiang dapat dipancang dalam waktu singkat setelah penyambungan selesai. Penting untuk diperhatikan bahwa kedua muka yang bertemu harus cock satu sama lain sedekat mungkin pada bidang yang sama. Penggunaan lengan baja dan merekatkan epoxy akan menutupi/mengkonpensasikan kekurang cocokan. Akan lebih baik bila menggunakan lengan baja, untuk memasukan dan merekat dengan epoxy batang dowel ke dalam lubang yang dibor pada bagian atas dan bawah dari tiang. Hal ini akan memungkinkan terjadinya perpindahan (transfer) momen lewat sambungan sesuai dengan asumsi perencana.

                              Gambar .7 - Detail Tipikal Sambungan Tiang Pancang Pratekan

                                            Gambar 8 - Sambungan Tiang Pancang Pratekan
                                           Gambar 9 - Tipikal sambungan tiang pancang beton

                                           Gambar 10 - Tipikal sambungan tiang pancang beton

                                       Gambar 11 - Tipikal sambungan tiang pancang beton

                                            Gambar 12 - Tipikal sambungan tiang pancang beton

Cara lain yaitu, perpanjangan tiang pancang beton pracetak dilaksanakan dengan penyambungan tumpang tindih (overlap) baja tulangan. Beton pada kepala tiang pancang akan dipotong hingga baja tulangan yang tertinggal mempunyai panjang paling sedikit 40 kali diameter tulangan.
Perpanjangan tiang pancang beton harus dilaksanakan dengan menggunakan baja tulangan yang sama (mutu dan diameternya) seperti pada tiang pancang yang akan diper-panjang. Baja spiral harus dibuat dengan tumpang tindih sepanjang 2 kali lingkaran penuh dan baja tulangan memanjang harus mempunyai tumpang tindih minimum 40 kali diameter.
Bilamana perpanjangan melebihi 1,50 m, acuan harus dibuat sedemikian hingga tinggi jatuh pengecoran beton tak melebihi 1,50 m.


 _

Sebelum pengecoran beton, kepala tiang pancang harus dibersihkan dari semua bahan lepas atau pecahan, dibasahi sampai merata dan diberi adukan semen yang tipis. Mutu beton yang digunakan sekurang-kurangnya harus beton K400. Semen yang digunakan haruslah dari mutu yang sama dengan yang dipakai pada tiang panjang yang akan disambung.
Acuan tidak boleh dibuka sekurang-kurangnya 7 hari setelah pengecoran. Perpanjangan tiang pancang akan dirawat dan dilindungi dengan cara yang sama seperti tiang pancang yang akan disambung. Bilamana tiang pancang akan diperpanjang setelah operasi pemancangan sedang berjalan, kepala tiang pancang direncanakan tertanam dalam pur (pile cap), maka perpanjangan baja tulangan yang diperlukan harus seperti yang ditunjukkan dalam Gambar. Bilamana tidak disebutkan dalam Gambar, maka panjang tumpang tindih baja tulangan harus 40 kali diameter untuk tulangan memanjang.

d. Sepatu Tiang PancangTiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang datar atau mempunyai sumbu yang sama (co-axial), jika dipancang masuk ke dalam atau menembus jenis tanah seperti batu, kerikil kasar, tanah liat dengan berangkal, dan tanah jenis lainnya yang mungkin dapat merusak ujung tiang pancang beton. Sepatu tersebut dapat terbuat dari baja atau besi tuang. Untuk tanah liat atau pasir yang seragam, sepatu tersebut dapat ditiadakan. Luas ujung sepatu harus sedemikian rupa sehingga tegangan dalam beton pada bagian tiang pancang ini masih dalam batas yang aman.


                                    Gambar 13 – Sepatu Tiang Pancang Beton Pracetak

Gambar diatas adalah jenis sepatu untuk berbagai jenis tanah : (a) soft ground, (b) stiff to hard clay, compact sands dan gravels, (c) Ground mengandung cobbles or bolders, (d) Rock Point untuk penetrasi lapisan bedrock surface, (e) Oslo Point untuk sloping bedrock surface.



                                Gambar 14 – Sepatu Tiang Pancang Beton Pratekan

e. Pengupasan Kepala Tiang Pancang
Beton tiang pancang biasanya dikupas sampai pada elevasi yang sedemikian sehingga beton yang tertinggal akan masuk ke dalam pur (pile cap) sedalam 50 mm sampai 75 mm. Untuk tiang pancang beton bertulang, baja tulangan yang tertinggal setelah pengupasan harus cukup panjang sehingga dapat diikat ke dalam pur (pile cap) dengan baik. Untuk tiang pancang beton pratekan, kawat pra-tegang yang tertinggal setelah pengupasan harus dimasukkan ke dalam pur (pile cap) paling sedikit 600 mm. Penjangkaran ini harus dilengkapi, jika perlu, dengan baja tulangan yang dicor ke dalam bagian atas tiang pancang. Sebagai alternatif, pengikatan dapat dihasilkan dengan baja tulangan lunak yang dicor ke dalam bagian atas dari tiang pancang pada saat pembuatan. Pengupasan tiang pancang beton harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah pecahnya atau kerusakan lainnya pada sisa tiang pancang. Setiap beton yang retak atau cacat harus dipotong dan diperbaiki dengan beton baru yang direkatkan sebagaimana mestinya dengan beton yang lama.

                                              Gambar 15 – Kepala Tiang Pancang

                                           Gambar 16 – Kepala Tiang Pancang
2.4. TIANG PANCANG BAJA

a. Umum
Tiang baja mempunyai keuntungan yaitu kuat ringan untuk ditangani, mempunyai kemampuan daya dukung tekan (kompresif) yang tinggi bila dipancang pada lapisan tanah keras dan mampu dipancang dengan keras untuk penetrasi yang dalam hingga mencapai lapisan dukung, atau untuk mendapatkan daya dukung tahanan geser yang tinggi. Biaya per meter lebih tinggi daripada tiang beton pracetak. Mudah dipotong atau diperpanjang untuk menyesuaikan dengan variasi ke dalaman lapisan dukung (bearing stratum)
Pipa dapat dipancang dengan ujung terbuka atau tertutup. Tiang yang harus mendukung beban tekan tinggi biasanya dipancang dengan ujung tertutup. Tiang dengan ujung terbuka mungkin mempunyai pelat penguat yang ditambahkan pada ujung tiang (pada bagian dalam atau bagian luarnya) jika diperkirakan akan terdapat lapisan yang sulit ditembus pada waktu pemancangan.
Pada umumnya, tiang pancang baja struktur harus berupa profil baja gilas biasa, tetapi tiang pancang pipa dan kotak dapat digunakan. Bilamana tiang pancang pipa atau kotak digunakan, dan akan diisi dengan beton, mutu beton tersebut minimum harus K250 dengan kadar semen sesuai ketentuan.
Tiang yang akan diisi dengan beton dipasang dengan ujung tertutup, dan pengisian beton pada pipa baja dilakukan setelah selesai pemancangan. Pipa baja biasanya ditinggalkan didalam tanah sebagai bagian dari tiang yang permanen (tetap).

b. Penyambungan Tiang
Penyambungan antara potongan tiang baja memerlukan pengelasan standar tinggi dan harus dilakukan oleh tukang las yang bersertifikat. Pengelasan harus dikerjakan sedemikian rupa hingga kekuatan penampang baja semula dapat ditingkatkan. Sambungan harus dirancang dan dilaksanakan dengan cara sedemikian hingga dapat menjaga alinyemen dan posisi yang benar pada ruas-ruas tiang pancang. Pengelasan harus diuji secara visual dan dengan cara non destructive.

Biasanya perlu memotong 300 mm hingga 500 mm dari puncak bagian tiang dipancang untuk meratakan ujungnya dan untuk membuang bagian baja keras yang sukar dilas.Sambungan yang dilas harus mampu meneruskan momen penuh dalam tiang (dan untuk pipa baja) biasanya merupakan las ujung penetrasi penuh di sekeliling permukaan pipa.


                                               Gambar 17 - Tipikal Sambungan Tiang Baja

c. Perlindungan Terhadap Korosi
Bilamana korosi pada tiang pancang baja mungkin dapat terjadi, maka panjang atau ruas-ruasnya yang mungkin terkena korosi harus dilindungi dengan pengecatan menggunakan lapisan pelindung yang telah disetujui dan/atau digunakan logam yang lebih tebal bilamana daya korosi dapat diperkirakan dengan akurat dan beralasan. Umumnya seluruh panjang tiang baja yang terekspos, dan setiap panjang yang terpasang dalam tanah yang terganggu di atas muka air terendah, harus dilindungi dari korosi.

d. Kepala Tiang Pancang
Sebelum pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya dan topi pemancang (driving cap) harus dipasang untuk mempertahankan sumbu tiang pancang segaris dengan sumbu palu. Setelah pemancangan, pelat topi, batang baja atau pantek harus ditambatkan pada pur, atau tiang pancang dengan panjang yang cukup harus ditanamkan ke dalam pur (pile cap).

e. Sepatu Tiang Pancang
Pada umumnya sepatu tiang pancang tidak diperlukan pada profil H atau profil baja gilas lainnya. Namun bilamana tiang pancang akan dipancang di tanah keras, maka ujungnya dapat diperkuat dengan menggunakan pelat baja tuang atau dengan mengelaskan pelat atau siku baja untuk menambah ketebalan baja. Tiang pancang pipa atau kotak dapat juga dipancang tanpa sepatu, tetapi bilamana ujung dasar tertutup diperlukan, maka penutup ini dapat dikerjakan dengan cara mengelaskan pelat datar, atau sepatu yang telah dibentuk dari besi tuang, baja tuang atau baja fabrikasi.

                                                  Gambar 18 – Sepatu Tiang Baja
                                             Gambar 19 – Sepatu Tiang Baja

f. Pengecoran Dalam Tiang
Sebagian besar pekerjaan tiang pancang pada proyek jembatan adalah pipa baja yang dipancang didalam tanah dan kemudian diisi dengan beton. Suatu jalinan penulangan (reinforcing cage) ditempatkan di dalam pipa sebelum pengecoran. Batang-batang penulangan akan keluar di atas permukaan pemotongan tiang dan berfungsi untuk mengikat tiang pada kepala jembatan atau cap pilar.
Seringkali tidak praktis memadatkan beton dengan getaran pada bagian bawah tiang yang dicor di tempat. Beton pada bagian atas setinggi 2 atau 3 meter dari puncak harus dipadatkan dengan menggunakan cara penggetaran yang biasa dilakukan.Penulangan harus diletakan di tengah pipa dengan selimut yang disyaratkan. Hal ini dapat dicapai dengan menempatkan pengatur jarak (spacer) yang sesuai pada bagian luar jalinan penulangan. Perhatikan bahwa pengatur jarak tersebut mungkin akan berputar pada waktu jalinan diturunkan kedalam tiang. Pengatur jarak harus dipasang setiap 90º di sekeliling jalinan penulangan, dan harus diberi jarak antara setiap 2 atau 2,5 meter menurut arah memanjang tiang.
2.5. PEMANCANGAN

1) Umum
Tiang pancang dapat dipancang dengan setiap jenis palu, asalkan tiang pancang tersebut dapat menembus masuk pada ke dalaman yang telah ditentukan atau mencapai daya dukung yang telah ditentukan, tanpa kerusakan.

Bilamana elevasi akhir kepala tiang pancang berada di bawah permukaan tanah asli, maka galian harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan agar dasar pondasi tidak terganggu oleh penggalian di luar batas-batas yang ditunjukkan dalam Gambar.

Kepala tiang pancang baja harus dilindungi dengan bantalan topi atau mandrel dan kepala tiang kayu harus dilindungi dengan cincin besi tempa atau besi non-magnetik. Palu, topi baja, bantalan topi, katrol dan tiang pancang harus mempunyai sumbu yang sama dan harus terletak dengan tepat satu di atas lainnya. Tiang pancang termasuk tiang pancang miring harus dipancang secara sentris dan diarahkan dan dijaga dalam posisi yang tepat. Semua pekerjaan pemancangan harus dihadiri oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya, dan palu pancang tidak boleh diganti dan dipindahkan dari kepala tiang pancang tanpa persetujuan dari Direksi Pekerjaan atau wakilnya.

Tiang pancang harus dipancang sampai penetrasi maksimum atau penetrasi tertentu, sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, atau ditentukan dengan pengujian pembebanan sampai mencapai ke dalaman penetrasi akibat beban pengujian tidak kurang dari dua kali beban yang dirancang, yang diberikan menerus untuk sekurang-kurangnya 60 mm. Dalam hal tersebut, posisi akhir kepala tiang pancang tidak boleh lebih tinggi dari yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan setelah pemancangan tiang pancang uji. Posisi tersebut dapat lebih tinggi jika disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Bilamana ketentuan rancangan tidak dapat dipenuhi, maka Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk menambah jumlah tiang pancang dalam kelompok tersebut sehingga beban yang dapat didukung setiap tiang pancang tidak melampaui kapasitas daya dukung yang aman, atau Direksi Pekerjaan dapat mengubah rancangan bangunan bawah jembatan bilamana dianggap perlu.

Alat pancang yang digunakan dapat dari jenis gravitasi, uap atau diesel. Untuk tiang pancang beton, umumnya digunakan jenis uap atau diesel. Berat palu pada jenis gravi-tasi sebaiknya tidak kurang dari jumlah berat tiang beserta topi pancangnya, tetapi sama sekali tidak boleh kurang dari setengah jumlah berat tiang beserta topi pancangnya, dan minimum 2 ton untuk tiang pancang beton. Untuk tiang pancang baja, berat palu harus dua kali berat tiang beserta topi pancangnya.

Tinggi jatuh palu tidak boleh melampaui 2,5 meter atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Alat pancang dengan jenis gravitasi, uap atau diesel yang disetujui, harus mampu memasukkan tiang pancang tidak kurang dari 3 mm untuk setiap pukulan pada 15 cm dari akhir pemancangan dengan daya dukung yang diinginkan sebagaimana yang ditentukan dari rumus pemancangan yang disetujui, yang digunakan oleh Kontraktor. Enerji total alat pancang tidak boleh kurang dari 970 kgm per pukulan, kecuali untuk tiang pancang beton sebagaimana disyaratkan di bawah ini.

Alat pancang uap, angin atau diesel yang dipakai memancang tiang pancang beton harus mempunyai enerji per pukulan, untuk setiap gerakan penuh dari pistonnya tidak kurang dari 635 kgm untuk setiap meter kubik beton tiang pancang tersebut.

Penumbukan dengan gerakan tunggal (single acting) atau palu yang dijatuhkan harus dibatasi sampai 1,2 meter dan lebih baik 1 meter. Penumbukan dengan tinggi jatuh yang lebih kecil harus digunakan bilamana terdapat kerusakan pada tiang pancang. Contoh-contoh berikut ini adalah kondisi yang dimaksud :

§ Bilamana terdapat lapisan tanah keras dekat permukaan tanah yang harus ditem-bus pada saat awal pemancangan untuk tiang pancang yang panjang.

§ Bilamana terdapat lapisan tanah lunak yang dalam sedemikian hingga penetrasi yang dalam terjadi pada setiap penumbukan.

§ Bilamana tiang pancang diperkirakan sekonyong-konyongnya akan mendapat penolakan akibat batu atau tanah yang benar-benar tak dapat ditembus lainnya.

Bilamana serangkaian penumbukan tiang pancang untuk 10 kali pukulan terakhir telah mencapai hasil yang memenuhi ketentuan, penumbukan ulangan harus dilaksanakan dengan hati-hati, dan pemancangan yang terus menerus setelah tiang pancang hampir berhenti penetrasi harus dicegah, terutama jika digunakan palu berukuran sedang. Suatu catatan pemancangan yang lengkap harus dilakukan

Setiap perubahan yang mendadak dari kecepatan penetrasi yang tidak dapat dianggap sebagai perubahan biasa dari sifat alamiah tanah harus dicatat dan penyebabnya harus dapat diketahui, bila memungkinkan, sebelum pemancangan dilanjutkan.

Tidak diperkenankan memancang tiang pancang dalam jarak 6 m dari beton yang berumur kurang dari 7 hari. Bilamana pemancangan dengan menggunakan palu yang memenuhi ketentuan minimum, tidak dapat memenuhi Spesifikasi, maka Kontraktor harus menyediakan palu yang lebih besar dan/atau menggunakan water jet atas biaya sendiri.

2) Penghantar Tiang Pancang (Leads)
Penghantar tiang pancang harus dibuat sedemikian hingga dapat memberikan kebebasan bergerak untuk palu dan penghantar ini harus diperkaku dengan tali atau palang yang kaku agar dapat memegang tiang pancang selama pemancangan. Kecuali jika tiang pancang dipancang dalam air, penghantar tiang pancang, sebaiknya mempunyai panjang yang cukup sehingga penggunaan bantalan topi tiang pancang panjang tidak diperlukan. Penghantar tiang pancang miring sebaiknya digunakan untuk pemancangan tiang pancang miring.
                                                 Gambar .20 – Alat Pancang Crane

3) Bantalan Topi Tiang Pancang Panjang (Followers)
Pemancangan tiang pancang dengan bantalan topi tiang pancang panjang sedapat mungkin harus dihindari, dan hanya akan dilakukan dengan persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.

4) Tiang Pancang Yang Naik
Bilamana tiang pancang mungkin naik akibat naiknya dasar tanah, maka elevasi kepala tiang pancang harus diukur dalam interval waktu dimana tiang pancang yang berdekatan sedang dipancang. Tiang pancang yang naik sebagai akibat pemancangan tiang pancang yang berdekatan, harus dipancang kembali sampai ke dalaman atau ketahanan semula, kecuali jika pengujian pemancangan kembali pada tiang pancang yang berdekatan menunjukkan bahwa pemancangan ulang ini tidak diperlukan.

5) Pemancangan Dengan Pancar Air (Water Jet)
Pemancangan dengan pancar air dilaksanakan hanya seijin Direksi Pekerjaan dan de-ngan cara yang sedemikian rupa hingga tidak mengurangi kapasitas daya dukung tiang pancang yang telah selesai dikerjakan, stabilitas tanah atau keamanan setiap struktur yang berdekatan.

Banyaknya pancaran, volume dan tekanan air pada nosel semprot haruslah sekedar cukup untuk melonggarkan bahan yang berdekatan dengan tiang pancang, bukan untuk membongkar bahan tersebut. Tekanan air harus 5 kg/cm2 sampai 10 kg/cm2 tergantung pada kepadatan tanah. Perlengkapan harus dibuat, jika diperlukan, untuk mengalirkan air yang tergenang pada permukaan tanah. Sebelum penetrasi yang diperlukan tercapai, maka pancaran harus dihentikan dan tiang pancang dipancang dengan palu sampai penetrasi akhir. Lubang-lubang bekas pancaran di samping tiang pancang harus diisi dengan adukan semen setelah pemancangan selesai.

6) Tiang Pancang Yang Cacat
Prosedur pemancangan tidak mengijinkan tiang pancang mengalami tegangan yang berlebihan sehingga dapat mengakibatkan pengelupasan dan pecahnya beton, pembelahan, pecahnya dan kerusakan kayu, atau deformasi baja. Manipulasi tiang pancang dengan memaksa tiang pancang kembali ke posisi yang sebagaimana mestinya, menurut pendapat Direksi Pekerjaan, adalah keterlaluan, dan tak akan diijinkan. Tiang pancang yang cacat harus diperbaiki atas biaya Kontraktor.
Bilamana pemancangan ulang untuk mengembalikan ke posisi semula tidak memungkinkan, tiang pancang harus dipancang sedekat mungkin dengan posisi semula, atau tiang pancang tambahan harus dipancang sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

7) Catatan Pemancangan (Calendering)
Sebuah catatan yang detil dan akurat tentang pemancangan harus disimpan oleh Direksi

Pu : Kapasitas daya dukung batas (ton)

Pu = {ef.WH / [S + (C1 + C2 + C3)/2]} x { [W + n^2.Wp] / [W + P]}

Pekerjaan dan Kontraktor harus membantu Direksi Pekerjaan dalam menyimpan catatan ini yang meliputi berikut ini : jumlah tiang pancang, posisi, jenis, ukuran, panjang aktual, tanggal pemancangan, panjang dalam pondasi telapak, penetrasi pada saat penumbukan terakhir, enerji pukulan palu, panjang perpanjangan, panjang pemotongan dan panjang akhir yang dapat dibayar.

8) Rumus Dinamis untuk Perkiraan Kapasitas Tiang Pancang
Kapasitas daya dukung tiang pancang harus diperkirakan dengan menggunakan rumus dinamis (Hiley). Kontraktor dapat mengajukan rumus lain untuk mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

Pa : Kapasitas daya dukung yang diijinkan (ton)
ef : Efisiensi palu
ef = 1,00 untuk palu diesel
ef = 0,75 untuk palu yang dijatuhkan dengan tali dan gesekan katrol
W : Berat palu atau ram (ton)
W : Berat tiang pancang (ton)
n : Koefisien restitusi
n = 0,25 untuk tiang pancang beton
H : Tinggi jatuh palu (m)
H = 2 H’ untuk palu diesel (H’ = tinggi jatuh ram)
S : Penetrasi tiang pancang pada saat penumbukan terakhir, atau “set” (m)
C1 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk kepala tiang dan pur (m)
C2 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk deformasi elastis dari batang tiang pancang (m)
C3 : Tekanan sementara yang diijinkan untuk gempa pada lapangan (m)
N : Faktor Keamanan


2.6. PENGUJIAN TIANG

2.6.1. Pengujian dengan Static Load Test (SLT)

a). Umum
Pengujian tiang dilaksanakan untuk mengetahui dengan pasti daya dukung dari jenis pondasi pada setiap jembatan. Jumlah tiang pancang yang diuji tidak kurang dari satu atau tidak lebih dari empat untuk setiap jembatan. Pengujian tiang dapat
dilaksanakan di dalam atau di luar keliling pondasi, dan dapat menjadi bagian dari pekerjaan yang permanen. Beban-beban untuk pengujian pembebanan tidak boleh diberikan sampai beton mencapai kuat tekan minimum 95 % dari kuat tekan beton berumur 28 hari, namun dapat juga menggunakan semen dengan kekuatan awal yang tinggi (high-early-strength-cement), jenis III atau IIIA untuk beton dalam tiang pengujian pembebanan dan untuk tiang tarik.

b). Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah peralatan yang disetujui dan cocok untuk mengukur beban tiang dan penurunan tiang pancang dengan akurat dalam setiap peningkatan beban, peralatan tersebut harus mempunyai kapasitas kerja tiga kali beban rancangan untuk tiang yang akan diuji yang ditunjukkan dalam Gambar. Titik referensi untuk mengukur penurunan (settlement) tiang pancang harus dipindahkan dari tiang uji untuk meng-hindari semua kemungkinan gangguan yang akan terjadi. Semua penurunan tiang pancang yang dibebani harus diukur dengan peralatan yang memadai, seperti alat peng-ukur (gauges) tekanan, dan harus diperiksa dengan alat pengukur elevasi.
                                             Gambar .21 Peralatan Percobaan Pembebanan

c). Pelaksanaan Pembebanan
Peningkatan lendutan akan dibaca segera setelah setiap penambahan beban diberikan dan setiap interval 15 menit setelah penambahan beban tersebut. Beban yang aman dan diijinkan adalah 50 % beban yang telah diberikan selama 48 jam secara terus menerus menyebabkan penurunan tetap (permanent settlement) tidak lebih dari 6,5 mm yang diukur pada puncak tiang. Beban pengujian harus dua kali beban rancangan yang ditunjukkan dalam Gambar.

Beban pertama yang harus diberikan pada tiang percobaan adalah beban rancangan tiang pancang. Beban pada tiang pancang dinaikkan sampai mencapai dua kali beban ran-cangan dengan interval tiga kali penambahan beban yang sama. Setiap penambahan beban harus dalam interval waktu minimum 2 jam, kecuali jika tidak terdapat penam- bahan penurunan kurang dari 0,12 mm dalam interval waktu 15 menit akibat penam- bahan beban sebelumnya. Bilamana kekuatan tiang uji untuk mendukung beban pengujian diragukan, penambahan beban harus dikurangi sampai 50 % masing-masing beban pengujian, sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan agar kurva keruntuhan yang halus dapat digambar. Beban pengujian penuh harus dipertahankan pada tiang uji dalam waktu tidak kurang dari 48 jam. Kemudian beban ditiadakan dan penurunan permanen dibaca. Bilamana diminta oleh Direksi Pekerjaan, pembebanan diteruskan melebihi 2 kali beban rancangan dengan penambahan beban setiap kali 10 ton sampai tiang runtuh atau kapasitas peralatan pembebanan ini dilampaui. Tiang pancang dapat dianggap runtuh bila penurunan total akibat beban melebihi 2,5 cm atau penurunan permanen melebihi 6,5 mm.

Setelah pengujian pembebanan selesai dilaksanakan, beban-beban yang digunakan harus disingkirkan, dan tiang pancang, termasuk tiang tarik dapat digunakan untuk struktur bilamana oleh Direksi Pekerjaan dianggap masih memenuhi ketentuan untuk digunakan. Tiang uji yang tidak dibebani harus digunakan seperti di atas. Jika setiap tiang pancang setelah digunakan sebagai tiang uji atau tiang tarik dianggap tidak memenuhi ketentuan untuk digunakan dalam struktur, harus segera disingkirkan bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, atau harus dipotong sampai di bawah permukaan tanah atau dasar pondasi telapak, mana yang dapat dilaksanakan.

Jumlah dan lokasi tiang uji untuk pengujian pembebanan akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Untuk tiang dengan diameter lebih dari 600 mm jumlah ini tidak boleh kurang dari satu dan tidak lebih dari tiga untuk setiap jembatan; untuk tiang dengan diameter kurang dari dan sampai dengan 600 mm jumlah tiang tidak boleh kurang dari satu untuk setiap 30 tiang.

d). Pelaporan
Laporan yang harus dibuat untuk setiap pengujian pembebanan meliputi dokumen-dokumen berikut ini :
§ Denah pondasi
§ Lapisan (stratifikasi) tanah
§ Kurva kalibrasi alat pengukur tekanan
§ Gambar diameter piston dongkrak
§ Grafik pengujian dengan absis untuk beban dalam ton dan ordinat untuk penu-
runan (settlement) dalam desimal mm.
§ Tabel yang menunjukkan pembacaan alat pengukur tekanan dalam atmosfir,
beban dalam ton, penurunan dan penurunan rata-rata dimana semua itu
merupakan fungsi dari waktu (tanggal dan jam).

Bilamana kapasitas daya dukung yang aman dari setiap tiang pancang, diketahui kurang dari beban rancangan, maka tiang pancang harus diperpanjang atau diperbanyak sesuai dengan yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

2.6.2. Pengujian dengan Dynamic Load Test (DLT)

a). Umum
Test dengan beban statis merupakan metode terbaik dan juga merupakan yang termahal untuk menentukan daya dukung suatu tiang. Pembebanan secara static yang merupakan uji skala penuh dilakukan dengan memberikan beban yang lebih besar dari beban rencana seperti yang telah dijelaskan diatas. Metode Static Load Test (SLT) ini memerlukan banyak waktu (time consuming).
Test dengan beban dinamis atau Dynamic Load Test (DLT) adalah metode lain yang lebih ekonomis dan efisien. Test pembebanan tiang secara dinamis ini menggunakan peralatan FPDS (Foundation Pile Diagnostic System) berikut software PDA (Pile Driving Analyis) tertentu misalnya PDI dari USA, TNO dari Belanda, CEBTP dari Perancis dan PID dari Swedia).
Dengan menggunakan system ini, beban diberikan secara dinamik pada kepala tiang dengan menggunakan hammer pemancang. Dengan memberikan blow (pukulan) dari hammer pemancang, signal acceleration (percepatan) dan strain (regangan) dari tiang dicatat dan direkam oleh computer. Dari dua signal tersebut dapat diperoleh signal velocity-time dan force-time dan kemudian tahanan pemancangan dinamis (dynamic driving resistance) dapat ditentukan.

b). Peralatan dan Persiapan
Bahan-bahan dan hal-hal yang harus dipersiapkan adalah :
· Siapkan peralatan DLT dengan mengisi cek list dan lakukan test peralatan dengan menggunakan test box
· Siapkan file input data dengan memperhatikan form yang sudah diisi dan data kalibrasi sensor-sensor
· Record pemancangan untuk tiang yang akan ditest (kalendering)
· Blowrecord untuk tiang yang ditest (Blowcount)
· Data soil investigasi dapat berupa SONDIR, atau SPT dan data BORING
· Gambar desain jembatan
· Tiang yang akan ditest dipilih salah satu tiang dari kelompok tiang dan dapat tiang dengan kondisi kalendering yang besar atau tiang yang jauh dari titik berat kelompok tiang (pilar atau abutment)
· Tiang yang akan ditest harus dibiarkan beberapa hari (2-7 hari) agar tegangan air tanah (pore pressure) kembali pada kondisi sebelum pemancangan (setting)
· Tiang yang akan ditest minimal 2 meter harus muncul dari permukaan tanah asli atau air yang ada saat pengujian
· Tersedia Power Supply untuk computer dan bor listrik minimum 1000VA
· Tersedia hammer dengan kapasitas yang sama dengan yang digunakan pada saat pemancangan

c). Pelaksanaan Test DLT I Lapangan
· Tiang yang akan ditest dilubangi (dibor) untuk meletakan sensor dan sensor harus dipasang pada tiang yang akan ditest secara simetris
· Pasang sensor dan hubungan kabel-kabel pada signal conditioning dan perangkat komputer yang dioperasikan dengan paket software DLT atau PDA tertentu
· Cek kelurusan hammer dengan tiang pancang
· Monitoring signal dari hammer blow
· Cek signal velocity dan force dengan memperhatikan hammer centricity (sekitar 100%) dan kedua signal force channel 3 dan channel 4 harus tekan (positif)
· Jika telah memenuhi persyaratan teknis lakukan monitoring untuk kurang lebih 15 pukulan
· Jika belum memenuhi persyaratan cek kembali kelurusan hammer dengan tiang dan lanjutkan langkah selanjutnya Pilih signal yang mewakili untuk digunakan pada signal matching.

                                                         Gambar 22- Peralatan DLT

d). Signal matching
Tiang yang ditest dipasang transducer strain dan acceleration, pengukuran strain dilakukan pada saat adanya tumbukan hammer dan bersamaan itu juga pergerakan tiang dicatat sebagai acceleration. Data test dari setiap hammer blow atau dari blow hammer tertentu dicatat untuk dianalisa lebih lanjut. Suatu hal yang mendasar dari tiang yang ditest secara dynamic bahwa tahanan (soil resistance) pada pergerakan tiang dianggap sebagai baik statik (elasto-plastic) dan dynamic (damped).
Beberapa metode telah dikembangkan untuk mengevaluasi static resistance pada waktu test, tetapi hal ini sangat tergantung pada asumsi soil damping resistance dan biasanya hanya digunakan bilamana soil damping resistance sudah dievaluasi dan divalidasi dengan menggunakan cara lain seperti static load testing suatu tiang.
Umumnya dianjurkan dari data yang didapatkan dari dynamic load test diikuti dengan analisa yang teliti yang mana biasanya dilakukan jauh dari lokasi tiang yang ditest (biasanya dilakukan di kantor). Analisa tersebut didasarkan pada ”wave equation philosopy” dan menggunakan program komputer dalam uraian ini diambil sebagai contoh adalah TNOWAVE dengan pilihan SIGNAL MATCHING. Analisa teliti ini memberikan hasil yang lebih detail dibandingkan dengan yang didapat langsung dari lokasi. Cara ini dapat menentukan daya dukung tiang dan karakteristik deformasi tiang seketika akibat beban statik.

2.6.3. PONDASI TIANG BOR (BORED PILE)
a). Umum
Di Indonesia pondasi jenis ini cukup populer juga meskipun peralatan yang tersedia masih terbatas dan umumnya terkonsentrasi di pulau jawa. Jenis pondasi ini prinsip kerjanya hampir sama dengan pondasi tiang pancang. Perbedaannya terletak pada cara pemasangannya, kalau tiang pancang masuk kedalam tanah dengan kekuatan tumbukan sehingga menimbulkan suara yang keras, tetapi lain halnya dengan bored pile yang suaranya tidak mengganggu lingkungan, sehingga jenis pondasi ini banyak digunakan di daerah perkotaan dalam pembangunan apartemen, mall, dan gedung pencakar langit.
Contoh bahan yang digali harus disimpan untuk semua tiang bor. Pengujian penetrometer untuk bahan di lapangan harus dilakukan selama penggalian dan pada dasar tiang bor sesuai dengan yang diminta oleh Direksi Pekerjaan. Pengambilan contoh bahan ini harus selalu dilakukan pada tiang bor pertama dari tiap kelompok.

b) Pelaksanaan pengeboran :
· Dibuat lubang dengan dibor sampai kedalaman sesuai gambar rencana
· Sebelum pengecoran semua lubang harus utuh, dasar casing harus dipertahankan tidak lebih dari 150 cm dan tidak kurang dari 30 cm dibawah permukaan beton selama penarikan dan operasi penempatan, kecuali ditentukan lain oleh direksi
· Sampai kedalaman 3 m dari permukaan, beton yg dicor harus digetarkan dengan alat penggetar, dan sebelumnya semua kotoran dibersihkan, demikian juga bila ada air dalam lubang bor harus dikeluarkan
· Saat pencabutan casing digetarkan untuk menghindari menempelnya beton pada dinding casing
· Apabila pengecoran beton didalam air atau pengeboran lumpur maka digunakan cara tremieTiang bor umumnya harus dicor sampai kira-kira satu meter di atas elevasi yang akan dipotong, semua beton yang lepas, kelebihan dan lemah harus dikupas dari bagian puncak tiang bor dan baja tulangan yang tertinggal harus mempunyai panjang yang cukup sehingga memungkinkan pengikatan yang sempurna kedalam pur atau struktur di atasnya.
                                              Gambar 23- Pelaksanaan Tiang Bor

c). Pengecoran Beton Tiang Bor (Bored Pile)Pengecoran beton harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. Dimanapun beton digunakan harus dicor ke dalam suatu lubang yang kering dan bersih. Beton harus dicor melalui sebuah corong dengan panjang pipa. Pengaliran harus diarahkan sedemikian rupa hingga beton tidak menimpa baja tulangan atau sisi-sisi lubang. Beton harus dicor secepat mungkin setelah pengeboran dimana kondisi tanah kemungkinan besar akan memburuk akibat terekspos. Bilamana elevasi akhir pemotongan berada di bawah elevasi muka air tanah, tekanan harus dipertahankan pada beton yang belum mengeras, sama dengan atau lebih besar dari tekanan air tanah, sampai beton tersebut selesai mengeras.

d). Pengecoran Beton di Bawah Air
Bilamana pengecoran beton di dalam air atau lumpur pengeboran, semua bahan lunak dan bahan lepas pada dasar lubang harus dihilangkan dan cara tremie yang telah disetujui harus digunakan.
Cara tremie harus mencakup sebuah pipa yang diisi dari sebuah corong di atasnya. Pipa harus diperpanjang sedikit di bawah permukaan beton baru dalam tiang bor sampai di atas elevasi air/lumpur.
Bilamana beton mengalir keluar dari dasar pipa, maka corong harus diisi lagi dengan beton sehingga pipa selalu penuh dengan beton baru. Pipa tremie harus kedap air, dan harus berdiameter paling sedikit 15 cm. Sebuah sumbat harus ditempatkan di depan beton yang dimasukkan pertama kali dalam pipa untuk mencegah pencampuran beton dan air.

e). Penanganan Kepala Tiang Bor Beton
Tiang bor umumnya harus dicor sampai kira-kira satu meter di atas elevasi yang akan dipotong. Semua beton yang lepas, kelebihan dan lemah harus dikupas dari bagian puncak tiang bor dan baja tulangan yang tertinggal harus mempunyai panjang yang cukup sehingga memungkinkan pengikatan yang sempurna ke dalam pur atau struktur di atasnya.

f). Tiang Bor Beton Yang Cacat
Tiang bor harus dibentuk dengan cara dan urutan sedemikian rupa hingga dapat dipasti-kan bahwa tidak terdapat kerusakan yang terjadi pada tiang bor yang dibentuk sebelumnya. Tiang bor yang cacat dan di luar toleransi harus diperbaiki atas biaya Kontraktor.

g). Pengujian Tiang Bor
Perkembangan dan penggunaan metode Load Cell test untuk pengujian static dengan kapasitas tinggi pada pondasi tiang bor memberikan pengaruh dan konstribusi yang sangat besar bagi para perencana struktur pondasi untuk dapat mengevaluasi kapasitas dari struktur pondasi yang direncanakan dan mengakaji pemilihan teknik konstruksi pada pondasi tiang bor. Objektif dari Load Cell test adalah untuk mengukur pergerakan tiang pondasi melalui alat load cell yang dihubungkan dengan peralatan elektronik sistem data yang terkomputerisasi dengan akurat.
Saat ini, perencana struktur pondasi tidak lagi memerlukan dan bergantung kepada penggunaan tiang pondasi uji dengan skala lebih kecil dari ukuran aktual-nya (diperkecil dari ukuran sebenarnya) dan biaya yang besar untuk dapat melakukan pengujian beban pada pondasi tiang bor berdiameter besar yang biasanya menjadi ciri khas dari metode pengujian statik konvensional. Kesalahan-kesalahan yang terdapat pada metode konvensional statik khususnya Pengenalan Load Cell Test.
Proses perubahan skala ukuran tiang uji secara konservatif dapat di-eliminasi dengan menggunakan ukuran aktual dari tiang uji pada pengujian beban dengan metode Load Cell test yang mampu memobilisasi beban lebih dari 200 MN. Load Cell adalah alat pengangkat yang dimobilisasi dengan mekanisme hidrolis selama proses pengujian beban. Alat ini ditanamkan dan merupakan bagian pada struktur pondasi dan bekerja pada dua arah (bi-directictional), keatas (upward) melawan tahanan geser selimut (side shear resistance) dan kebawah (downward) melawan tahanan dasar (end bearing), load cell secara otomatis akan merekam kedua karakteristik tahanan tersebut secara terpisah. Penggunaan alat ini pada struktur pondasi tidak diharuskan untuk menggunakan struktur balok tambahan dan tiang-tiang pengikat (tie-down piles). Load Cell menjabarkan semua reaksi yang bekerja pada tiang pondasi dari tanah dan batuan yang mengelilingi pondasi. Pada suatu kondisi dimana komponen-komponen tahanan tanah dan alat ini telah mencapai kapasitas maksimumnya maka proses pengujian beban dapat dihentikan.
Gambar 24- Pelaksanaan Tiang Bor

Setiap alat load cell secara khusus dilengkapi dengan komponen peralatan yang berkemampuan untuk dapat mengukur secara langsung dan otomatis adanya pergerakan pada dirinya. Kapasitas beban yang dapat dimobilisasi selama pengujian beban adalah 0.7 - 27 MN. Dengan menggunakan satu (single) atau lebih (multiple) alat load cell pada satu bidang horisontal, maka kapasitas yang dapat tersedia dapat mencapai lebih dari 220 MN (22000 ton); sedangkan penggunaan multiple cells pada bidang yang berbeda (elevasi yang berbeda) dalam satu struktur tiang pondasi akan memungkinkan segmen-segmen pada tiang tersebut dapat dianalisa dan diketahui hasil-hasil keluarannya secara terpisah.
Pelaksanaan pengujian beban pada metode load cell mengacu kepada Peraturan ASTM, Quick Testing Method - D1143. Meskipun para perencana juga menetapkan beberapa metode statik lainnya akan tetapi metode ini sudah menjadi metode yang umum digunakan dan menjadi pilihan yang baku. Dibawah ini adalah peralatan yang umum digunakan pada pelaksanaan load cell test, yaitu meliputi:

1. Load Cell set: perangkat alat berat komposit yang terdiri dari 2 plat baja yang berbentuk lingkaran dan silinder baja untuk menggambungkan kedua plat tersebut. Perangkat ini merupakan alat utama dari unit load cell.
2. Hydraulic supply line: pipa baja yang digunakan untuk menyalurkan tekanan hidrolis dari pompa hidrolik kepada perangkat Load Cell dengan tekanan yang telah ditetapkan
3. Hydraulic pump: sumber tekanan yang digunakan untuk memobilisasi Load Cell.
4. Pressure gauge: merupakan salah satu komponen bagian dari alat sumber tekanan hidrolis yang berfungsi untuk membaca besarnya tekanan hidrolis yang telah disalurkan pada Load Cell.
5. Telltale casing: pipa baja yang digunakan sebagai selongsong dari steel telltale rods.
6. Stainless Steel Telltale Rods: kawat baja yang digunakan untuk menghubungkan perangkat Load Cell set dengan Data Acquisition System melalui Digital Indicator. Kawat ini berfungsi untuk mengirimkan displacement atau expansion yang terjadi pada Load Cell set.
7. Data Acquisition System: perangkat lunak elektronik yang berfungsi sebagai perantara antara Computer dan Data gatherer. Data (reading) yang dibaca kemudian disaring sebelum dianalisa dan ditampilkan pada Computer.
8. Displacement transducers: alat yang berfungsi untuk membaca adanya displacement yang terjadi pada Load Cell melalui telltale rods.
9. Data gatherer: alat yang berfungsi untuk mengumpulkan data hasil reading yang dikirimkan dari displacement transducers dan grating sensors.
10. Grating sensors: alat yang digunakan untuk mengukur tegangan pada setiap lapisan tanah.

2.7. TOLERANSI TIANG PANCANG DAN TIANG BOR

a. Lokasi kepala tiang
Pergeseran lateral kepala tiang pancang dari posisi yang ditentukan : < 75 mm dalam segala arah
b. Kemiringan tiang pancang
Penyimpangan arah vertikal/ kemiringan yang dipersyaratkan : Penyimpangan arah vertikal/ kemiringan yang dipersyaratkan : < 20 mm per meter (1 : 50)

c. Kelengkungan (BOW)
Kelengkungan tiang pancang beton cor langsung ditempat : < 0,01 panjang tiang dalam segala arah;
Kelengkungan lateral tiang pancang baja : < 0,0007 panjang total tiang pancang>

d. Garis tengah lubang bor tanpa selubung (casing) : 0 sd +5% dari diameter nominal pada setiap posisi

2.8. TURAP

a) Umum
Umumnya ketentuan yang mengatur pemancangan tiang pancang penahan beban harus berlaku juga untuk turap. Jenis tiang pancang yang akan digunakan harus seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan

b). Turap Kayu
Tiang pancang kayu sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan dalam Gambar baik yang dipotong dari bahan yang utuh (solid) maupun dibuat dari tiga papan yang diikat jadi satu dengan kokoh. Ujung bagian bawah tiang pancang harus diruncingkan agar dapat mendesak ke dalam sedemikian hingga tiang-tiang yang berdekatan mempunyai ikatan yang rapat. Puncak tiang pancang harus dipotong pada suatu garis lurus pada elevasi yang telah ditunjukkan dan harus diperkaku dengan balok yang ditumpang-tindihkan dan disambung pada semua sambungan dan sudut-sudut. Balok-balok pengaku sebaik-nya dipasang untuh antara sudut-sudut dan harus dibaut di dekat puncak tiang pancang.

c) Turap Beton
Dinding turap beton harus dilaksanakan sesuai dengan Gambar.

d) Turap Baja
Turap baja harus mempunyai jenis dan berat seperti yang ditunjukkan dalam Gambar. Bilamana dipasang dalam struktur yang telah selesai, turap baja harus kedap air pada sambungannya. Pengecatan turap baja harus memenuhi ketentuan Spesifikasi.

3. PONDASI SUMURAN (CAISSON)

a). Umum
Pondasi ini terbuat dari beton bertulang atau beton pracetak, yang umum digunakan pada pekerjaan jembatan di Indonesia adalah dari silinder beton bertulang dengan diameter 250 cm, 300 cm, 350 cm, dan 400 cm. Pekerjaan ini mencakup penyediaan dan penurunan dinding sumuran yang dicor di tempat atau pracetak yang terdiri unit-unit beton pracetak. Penurunan dilakukan dengan menggali sedikit demi sedikit di bawah dasarnya. Berat beton pada sumuran memberikan gaya vertical untuk mengatasi gesekan (friction) antara tanah dengan beton, dan dengan demikian sumuran dapat turun.

Ketepatan pematokan pada sumuran sangat penting karena tempat yang digunakan oleh sumuran sangat besar. Akibat kesalahan pematokan, bersama-sama dengan kemiringan yang terjadi pada waktu sumuran diturunkan, dapat menyebabkan sumuran itu berada di luar daerah kepala jembatan atau pilar. Hal ini merupakan tambahan pekerjaan untuk memperbesar kapala jembatan atau pilar, dan akan meneruskan beban vertical dari bangunan atas kepada bangunan bawah secara eksentris.

Garis tengah memanjang jembatan dan garis tengah melintang dari sumuran harus ditentukan dan dioffset sejauh jarak tertentu untuk memastikan bahwa titik-titik referensi tersebut tidak terganggu pada saat pembangunan sumuran.
Harus diperhatikan penentuan letak tiap segmen untuk memastikan bahwa segmen baru akan mempunyai alinyemen yang benar sepanjang sumbu vertical.
Hal ini penting terutama pada waktu suatu segmen ditambahkan pada sumuran yang tidak (keluar dari) vertical. Secara ideal kemiringan ini harus diperbaiki sebelum penambahan segmen berikutnya. Setelah pekerjaan pematokan selesai, dilakukan penggalian pendahuluan untuk memberikan jalan awal melalui mana sumuran akan diturunkan. Sisi galian ini harus sedapat mungkin vertical.

Gambar 25 - Jenis Pondasi Sumuran

Gambar 26 - Bentuk Detail Pondasi Sumuran

b). Pembuatan Pondasi Sumuran

1). Unit Beton Pracetak
Unit beton pracetak harus dicor pada landasan pengecoran yang sebagaimana mestinya. Cetakan harus memenuhi garis dan elevasi yang tepat dan terbuat dari logam. Cetakan harus kedap air dan tidak boleh dibuka paling sedikit 3 hari setelah pengecoran. Unit beton pracetak yang telah selesai dikerjakan harus bebas dari segregasi, keropos, atau cacat lainnya dan harus memenuhi dimensi yang disyaratkan.

Unit beton pracetak tidak boleh digeser paling sedikit 7 hari setelah pengecoran, atau sampai pengujian menunjukkan bahwa kuat tekan beton telah mencapai 70 persen dari kuat tekan beton rancangan dalam 28 hari.
Unit beton pracetak tidak boleh diangkut atau dipasang sampai beton tersebut mengeras paling sedikit 14 hari setelah pengecoran, atau sampai pengujian menunjukkan kuat tekan mencapai 85 persen dari kuat tekan rancangan dalam 28 hari.

2) Dinding Sumuran dari Unit Beton Pracetak
Beton pracetak yang pertama dibuat harus ditempatkan sebagai unit yang terbawah. Bilamana beton pracetak yang pertama dibuat telah diturunkan, beton pracetak berikut-nya harus dipasang di atasnya dan disambung sebagimana mestinya dengan adukan semen untuk memperoleh kekakuan dan stabilitas yang diperlukan. Penurunan dapat dilanjutkan 24 jam setelah penyambungan selesai dikerjakan.

3) Dinding Sumuran Cor Di Tempat
Cetakan untuk dinding sumuran yang dicor di tempat harus memenuhi garis dan elevasi yang tepat, kedap air dan tidak boleh dibuka paling sedikit 3 hari setelah pengecoran. Beton harus dicor dan dirawat sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini. Penurunan tidak boleh dimulai paling sedikit 7 hari setelah pengecoran atau sampai pengujian menunjukkan bahwa kuat tekan beton mencapai 70 persen dari kuat tekan rancangan dalam 28 hari.
c) Penggalian dan Penurunan
Bilamana penggalian dan penurunan pondasi sumuran dilaksanakan, perhatian khusus harus diberikan untuk hal-hal berikut ini :

1. Semua pekerjaan harus dilaksanakan dengan aman, teliti, mematuhi undang-undang keselamatan kerja, dan sebagainya.

2. Penggalian hanya boleh dilanjutkan bilamana penurunan telah dilaksanakan dengan tepat dengan memperhatikan pelaksanaan dan kondisi tanah. Gangguan, pergeseran dan gonjangan pada dinding sumuran harus dihindarkan selama penggalian.
3. Dinding sumuran umumnya diturunkan dengan cara akibat beratnya sendiri, dengan menggunakan beban berlapis (superimposed loads), dan mengurangi ketahanan geser (frictional resistance), dan sebagainya.

4. Cara mengurangi ketahanan geser :
Bilamana ketahanan geser diperkirakan cukup besar pada saat penurunan din-ding sumuran, maka disarankan untuk melakukan upaya untuk mengurangi geseran antara dinding luar sumuran dengan tanah di sekelilingnya.

5. Sumbat Dasar Sumuran
Dalam pembuatan sumbat dasar sumuran, perhatian khusus harus diberikan untuk hal-hal berikut ini :
i) Pengecoran beton dalam air umumnya harus dilaksanakan dengan cara tremies atau pompa beton setelah yakin bahwa tidak terdapat fluktuasi muka air dalam sumuran.
ii) Air dalam sumuran umumnya tidak boleh dikeluarkan setelah pengecoran beton untuk sumbat dasar sumuran.

6. Pengisian Sumuran
Sumuran harus diisi dengan beton siklop K175 sampai elevasi satu meter di bawah pondasi telapak. Sisa satu meter tersebut harus diisi dengan beton K250, atau sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar.

7. Pekerjaan Dinding Penahan Rembesan (Cut-Off Wall Work)
Dinding penahan rembesan (cut-off wall) harus kedap air dan harus mampu menahan gaya-gaya dari luar seperti tekanan tanah dan air selama proses penurunan dinding sumuran, dan harus ditarik setelah pelaksanaan sumuran selesai dikerjakan.

8. Pembongkaran Bagian Atas Sumuran Terbuka
Bagian atas dinding sumuran yang telah terpasang yang lebih tinggi dari sisi dasar pondasi telapak harus dibongkar. Pembongkaran harus dilaksanakan dengan menggunakan alat pemecah bertekanan (pneumatic breakers). Peledakan tidak boleh digunakan dalam setiap pembongkaran ini.
Baja tulangan yang diperpanjang masuk ke dalam pondasi telapak harus mempunyai panjang paling sedikit 40 kali diameter tulangan.

4. PENJANGKARAN TANAH (GROUND ANCHOR)

a). UmumPenjelasan tentang Penjangkaran Tanah ini seluruhnya disadur dari buku “Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi oleh Ir. Suyono Sosrodarsono dan Kazuto Nakazawa Edisi ke 7 Tahun 2000” sebagai berikut . Metode penjangkaran tanah disebut juga dengan nama Alluvian Anchor, Ground Anchor atau Tieback Anchor. Dalam metode ini pemboran dilakukan di dalam tanah pondasi yang baik terdiri dari lapisan berpasir, lapisan kerikil, lapisan berbutir halus ataupun batuan yang lapuk, serta suatu bagian yang menahan gaya tarik seperti campuran semen dengan kabel baja atau semen dengan batang baja dimasukkan ke dalam lubang hasil pemboran tersebut, kemudian disertai suatu gaya tarik setelahnya untuk memperkuat konstruksinya. Dalam banyak hal dipergunakan untuk melawan tekanan tanah seperti turap ataupun tembok penahan tanah. Kadang-kadang juga dipergunakan untuk konstruksi yang permanent tetapi pada dasarnya hanyalah dipakai untuk konstruksi sementara. Apabila suatu dinding turap dipasang di suatu daerah di mana sedang dikerjakan penurapan sedangkan penopang ataupun tiang-tiang antara tidak dibutuhkan maka akan diperoleh daerah yang lebih luas di antara dinding turap, yang memungkinkan penggalian dengan alat-alat berat.


b). Tipe Jangkar
Penjangkaran dengan tahanan geser. Jenis ini memakai batang jangkar yang silindris yang digrout di dalam lubang bor dan gaya tarik ditimbulkan dari tahanan geser yang bekerja sekelilingnya.
Penjangkaran dengan plat pemikul. Jenis ini menggunakan suatu plat massif yang dipasang di dalam tanah sehingga tekanan tanah pasipnya yang bekerja dapat menahan gaya tarik.Penjangkaran gabungan. Di mana ada bagian-bagian yang diperbesar dan tekanan pasip bersama-sama tahanan geser batangnya yang menahan gaya tarik, sehingga dapat disebut sebagai gabungan dari kedua metode terdahulu. Untuk membuat penjangkaran dengan diameter besar pembuatan lubangnya perlu menggunakan mata bor khusus atau semburan air bertekanan tinggi.


c). Metode Penjangkaran
Beberapa metode penjangkaran yang dipakai dapat dijelaskan berikut ini :

1. Metode penjangkaran dengan grouting : Setelah suatu batang PC baja atau kabel baja terpasang sebagai batang tarik di dalam lubang hasil pemboran, dilaksanakan grouting dan batang tarik ini dijangkar. Untuk menghindari mengalir keluarnya adukan semen dari lubang waktu sedang digrouting, perlu dipasang alat khusus didalam lubang tersebut yaitu ” packer” untuk menahan tekanan tinggi. Cara ini dimaksudkan untuk mengeraskan dinding lubang secukupnya, yang agak urai karena adanya grouting dengan suatu kekuatan leleh yang besar.
2. Metode penjangkaran dengan lubang bertekanan (jangkar PS) : Adalah metode dimana suatu tabung yang dapat mengembang dimasukkan ke dalam lubang hasil pemboran dan adukan mengisi bagian luar dari dinding tabung dan kemudian air bertekanan dimasukkan kedalam tabung tersebut agar mengembang, sehingga bagian luar tabung tertekan dan dapat menjadi keras. Setelah mengeras tabung tersebut dikeluarkan dan batang tarik dimasukkan mengganti tempat tabung tadi dan diberi tambahan adukan.


3. Metode penjangkaran dengan penekanan (jangkar baji): Suatu batang PC baja dimasukkan kelubangnya dan adukan diisikan ke dalam dasar lubang, lalu beton bertulang yang berlubang ditengahnya sebagai inti dari jangkar ini dengan batang baja tadi sebagai pengarahnya dipukul masuk ke dalam adukkannya menyebabkan adukan ini memperbesar dinding lubangnya, sehingga tahanan cabut dari jangkar tersebut diperbesar.

4. Metode penjangkaran plat : Metode ini disebut metode penjangkaran mekanis, terdiri dari batang baja dan bagian jangkar yang terbuat dari plat baja dan dimasukkan kedalam tanah dengan dipukul. Setelah dimasukkan batang-batang baja itu ditarik sehingga plat tadi berputar dan menjadi plat penahan. Dalam metode penjangkaran mekanis ini ada juga suatu jenis yang jangkarnya dimasukkan kedalam lubang bor, sebagai tambahan dari jenis jangkar yang dipukul seperti metode jangkar dengan plat tadi. Jenis jangkar yang dipukul biasanya dipergunakan untuk beban rencana yang agak kecil dimana gaya tarik kurang dari 20 ton. Hal ini ditandai dari cara pelaksanaannya yang mudah dan prinsipnya sederhana.

5. Metode jangkar UAC : Metode ini adalah dengan pembesaran lubang. Telah dikembangkan di Inggris dan banyak digunakan disana. Caranya berdasarkan bahwa setelah dibor sampai kedalaman yang diperlukan, suatu mata bor khusus dipakai untuk memperbesar bagian dasar lubang yang mengakibatkan meningkatnya tahanan cabut jangkar tersebut. Metode pelaksanaannya setelah dasar lubang dibesarkan adalah seperti metode jangkar gabungan.


d). Metode Penjangkaran Prategang Pratekan dengan Grouting

1. Umum
Metode penjangkaran pratekan prategang dengan grouting (prestressed grouted ground anchor) adalah komponen konstruksi yang ditanam pada tanah atau batu (rock) yang digunakan untuk menyalurkan gaya ke bumi. Grouting diisi ke lubang hasil pengeboran.
Penjangkaran dengan grouting terdiri dari 3 (tiga) bagian penting yaitu :

a. Anchorage
b. Free stressing (unbonded) length
c. Bond length

seperti terlihat pada gambar dibawah ini :


Anchorage merupakan kombinasi dari anchor head, bearing plate dan trumpet yang mempunyai kapasitas mentransfer gaya prategang dari baja prategang (bar atau strand) ke bumi atau konstruksi pendukung.
Unbonded length adalah bagian baja prategang yang bebas untuk mengalami perpanjangan atau pemuluran secara elastis (elongate elastically) dan mentransfer gaya perlawanan dari “bond length” ke struktur. Sebuah bondbreaker dari plastik ditempatkan pada tendon di bagian unbonded length untuk mencegah baja prategang tersebut dari pengikatan akibat rembesan grouting. Hal tersebut memungkinkan baja prategang pada unbonded length untuk mengalami perpanjangan tanpa hambatan saat testing dan stressing dan tetap dalam keadaan unbonded setelah lock-off.
Tendon bond length adalah panjang baja prategang yang diikat oleh grouting dan mempunyai kemampuan mentransfer tegangan yang terjadi akibat beban yang bekerja ke bumi.
Untuk selanjutnya istilah Tendon berarti termasuk baja prategang (strand atau bar), perlindungan terhadap karat, sheaths (sheatings), centralizer, spacer dan dalam hal ini tidak termasuk anchorage dan grouting.
Sheats adalah lapisan pembungkus bergelombang yang melindungi baja prategang dari karat pada unbonded length. Posisi tendon harus ditengah pada lubang bor agar minimum grouting yang menutupinya tercapai.
Spacer digunakan untuk menyekat antar baja prategang atau bar agar masing-masing terikat dengan cukup terhadap anchor grout.

2. Grouting
Grouting untuk soil dan rock adalah jenis grouting murni atau tanpa agregat dan mengacu pada ASTM C150, dengan water cement ratio antara 0,4 – 0,55 terhadap berat dan semen yang dipakai type I dan semen grouting harus mencapai kekuatan 21 Mpa pada saat akan stressing serta dapat pula memakai additive untuk mengatasi masalah panas yang timbul dan jauhnya jarak pompa saat dilakukan penekanan grouting. Grouting ini adalah suatu campuran portland cement yang menyalurkan gaya dari tendon ke bumi dan juga memberikan perlindungan terhadap karat.

3. Material Tendon
Spesifikasi steel bar dan strand tendons mengacu pada ASTM A722 dan ASTM A416 sedangkan strand yang digunakan seven wire diameter 15,2 mm (0,6 in) grade 270, sedangkan bar tendon umumnya diameter 26 mm, 32 mm, 36 mm, 45 mm dan 64 mm dengan panjang tanpa sambungan ± 18 m. Desain angker dengan beban ± 2077 kN dapat digunakan bar tendon dengan diameter 64 mm single. Apabila digunakan sambungan maka harus diperhatikan perlindungan karatnya.

4. Spacers and Centralizers
Unit spacer/centralizers ditempatkan secara teratur dengan interval biasanya 3 m sepanjang daerah anchor bond. Untuk strand tendon, spacer biasanya dipasang untuk memberikan jarak/spasi antar strand minimum 6 – 13 mm dan terhadap bagian terluar grouting minimum 13 mm. Spacer dan Centralizer dibuat dari bahan anti karat dan mudah untuk mengalirkan bahan grouting.
5. KEPALA DAN PILAR JEMBATAN

5.1. UMUM
Kepala jembatan, umumnya dari jenis dinding dan balok beton, diperlukan sebagai landasan jembatan dan menahan timbunan dibelakang kepala jembatan. Jika kepala jembatan spill-through, kepala jembatan bertindak sebagai cap dan dudukan bagi landasan.
Kepala jembatan dengan tipe gaya berat (gravity), yang menggunakan pasangan batu serta dudukan dan dinding belakang beton juga sering digunakan.
Pilar-pilar dapat berupa susunan rangka pendukung (trestle), yaitu topi beton yang bertindak sebagai balok melintang (cross beam) dengan kepala tiang tertanam pada topi, atau susunan kolom, yang menggunakan sistem beton kopel (pile cap) yang terpisah, sistem kolom dan balok melintang terpisah.

Pada umumnya di Indonesia dipakai susunan rangka pendukung untuk pondasi tiang. Pada susunan tersebut tiang diteruskan langsung pada balok melintang ujung (cross head) pilar. Kelebihan utama dari susunan ini adalah biaya, kemudahan pelaksanaan dan kurangnya kemungkinan penggerusan sungai. Kekurangan utama susunan ini adalah penampilannya yang kurang menarik terutama pada waktu muka air rendah. Tambah lagi, pile cap sering ditempatkan sangat tinggi diatas muka air.
Jika pondasi sumuran digunakan untuk pilar, sistem topi beton, kolom dan balok melintang ujung dipakai. Sistem kolom dapat berupa kolom tunggal atau majemuk atau dapat berupa dinding penuh. Kepala jembatan dengan pondasi sumuran biasanya menempatkan bangunan kepala jembatan langsung pada pondasi sumuran. Sistem ini kadang-kadang dipakai juga untuk pondasi tiang.
Kepala Jembatan dan Pilar menyalurkan gaya – gaya vertikal dan horisontal dari bangunan atas pada pondasi. Bentuk umum digambarkan pada Gambar B.2.1 berikut ini. Beda dengan abutmen yang jumlahnya 2 buah dalam satu jembatan, maka pilar ini belum tentu ada dalam suatu jembatan.

Pilar jembatan pada umumnya terkena pengaruh aliran sungai sehingga harus diperhatikan segi kekuatannya dan segi keamanan.

Kepala Jembatan (Abutmen) dan pilar – pilar dilengkapi dengan blok landasan beton dan baut – baut dan sebagainya, untuk memasang rangka baja dan perletakan – perletakan gelagar beton pracetak – pratekan.

5..2. TOLERANSI
Kepala Jembatan dan pilar harus dilaksanakan sesuai dengan gambar dan spesifikasi umum yang diterbitkan secara terpisah, dan harus dikerjakan sesuai dengan denah dan elevasi (permukaan atas) yang ditujukkan pada Gambar Rencana dalam toleransi sebagai berikut:

a. Denah
1. abutmen atau pilar (diukur dari garis perletakan) 2.0 cm
2. Baut angker bila telah digrouting 0.5 cm

b. Posisi akhir pusat ke pusat perletakan
1. Panjang bentang 1.0 cm
2. Jarak melintang dari perletakan – perletakan 0.5 cm
pada tiap abutmet atau pilar

c. Elevasi Permukaan
1. Permukaan abutment atau pilar + 2.0 cm
2. Permukaan atas balok landasan balok + 0.5 cm

d. Penahan Horisontal
Titik pusat perletakan sampai ke permukaan dinding 0 + 0.5 cm

e. Perletakan
1. Elevasi / Permukaan + 0.5 cm
2. Lokasi 2.0 cm
Ukuran – ukuran yang ditunjukkan pada gambar didasarkan pada asumsi adanya 5 cm aspal beton yang akan digelar di atas lantai beton dan jika lapisan aspal beton ini dihilangkan, ukuran – ukuran yang ada harus disesuaikan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, Desember 2005;
2. Panduan Pengawasan Pelaksanaan Jembatan Bridge Management System, Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum, Tahun 1993;
3. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, Kazuto Nakazawa dkk, PT Pradnya Paramita, Th 2000;
4. Foundation Design and Construction, MJ Tomlinson, Fourth Edition, the Pitman Press London, 1983;
5. Principles of Foundation Engineering, Braja M.Das, PWS Publishing Company Boston, Second Edition, 1990;
6. Bahan Publikasi, PC Pile, PT. Wijaya Karya Beton;
7. Ground Anchors and Anchored Systems, Geotechnical Engineering Circular No.4, Publication FHWA, June 1999;
8. Load Cell Test Pada Pondasi Bored Pile Jembatan Suramadu, SKS Pembinaan Teknik Pembangunan Jembatan Suramadu Core Team-Manajemen Konstruksi Tahap II;
9. Test Daya Dukung Tiang Pancang Dengan Metode Beban Dinamis (DLT), Pile Foundation Diagnostic Services;
10. Modul Pelatihan Supervisi Pelaksanaan Pekerjaan Jembatan, Pembinaan Manajemen Kebinamargaan , Direktorat Jenderal Bina Marga, May 2006;
11. Modul Pelaksanaan Konstruksi Jembatan, Jafung Teknik Jalan dan Jembatan Pusat Pendidikan dan Latihan Departemen Pekerjaan Umum, Tahun 2006.

http://joelbarcacreative.blogspot.com/2011/12/pondasi-jembatan.html